SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Desa Tanjung Samak menjadi lokasi pertama yang menikmati sistem penyediaan air bersih (SPAM) nano filter pertama di Kepulauan Meranti. SPAM Tanjung Samak menjadi proyek percontohan yang berhasil menyulap air gambut sebening air gunung.
Demikian disampaikan Kabid Cipta Karya Dinas PUPR, Feni Utami ST kepada Riau Pos, Ahad (19/2).
''Saat ini hanya SPAM Tanjung Samak yang menggunakan teknologi nano filter. Ini menjadi pilot project dari kegiatan yang berlangsung pada 2022 lalu,'' ujarnya.
Sebelumnya, SPAM di Desa Tanjung Samak tersebut hanya menggunakan teknologi konvensional yang mengaliri sejumlah desa. Selain Tanjung Samak, juga terdapat beberapa desa lain. Seperti Desa Dwi Tunggal, Citra Damai, Tanjung Bakau dan Wonosari.
''Ketika menggunakan sistem konvensional, air bersih yang dihasilkan hanya bisa untuk mandi mencuci, sebab masih berwarna kemerah-merahan. Itu yang digunakan beberapa desa lain,'' ujar Feni.
Namun, setelah sistem pengolahan berganti ke teknologi nano filter, air gambut yang berasal dari kanal di Desa Wono Sari yang diolah kini menjadi bening. ''Sebelumnya tak sebening menggunakan nano filter. Saya pernah mencoba meminum langsung (tanpa dimasak, red) dan tidak ada masalah. Airnya bening tanpa rasa dan tanpa bau,'' tuturnya.
Hanya saja, kata Feni lagi, tingkat produksi SPAM menggunakan teknologi nano filter ini lebih sedikit jika dibandingkan konvensional bisa memproduksi air bersih 20 liter perdetik. Sedangkan nano filter hanya 13,5 liter perdetik. ''Kita upayakan agar ada penambahan nano filter lagi. Target kita di SPAM Rangsang ini bisa memeroduksi air bersih 27 liter perdetik,'' kata Feni.
Feni berharap, ada sarana penunjang lainnya agar produksi SPAM Tanjung Samak bisa maksimal. Terutama jalan masuk menuju lokasi harus diperbaiki dan tanggul penahan air pasang agar tidak mencemari kanal yang digunakan sebagai sumber air baku.
''Penggunaan teknologi nano filter ini sangat sensitif terhadap air laut. Karena dilengkapi sensor, sistem produksi akan berhenti beroperasi kalau air baku tercemar air laut. Kita khawatir bisa menyebabkan kerusakan, makanya, kita butuh sarana penunjang lainnya untuk pengendali banjir,'' ujar Feni.(gem)
Laporan WIRA SAPUTRA, Selatpanjang