Sistem Ijon Picu Meroketnya Harga Tepung Sagu di Kepulauan Meranti

Kepulauan Meranti | Kamis, 07 April 2022 - 09:41 WIB

Sistem Ijon Picu Meroketnya Harga Tepung Sagu di Kepulauan Meranti
Salah seorang pelaku UMKM ketika masih bertahan memproduksi mi sagu sebelum kenaikan harga bahan baku masih dianggap wajar, beberapa waktu lalu. (WIRA SAPUTRA/RIAUPOS.CO)

BAGIKAN



BACA JUGA


SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Harga beli produk hulu sagu di Kepulauan Meranti naik. Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjerit pascaterpuruk dampak pandemi Covid-19.

Mereka para pengusaha tidak terima, karena dalam sepekan kondisi harga sagu di Kepulauan Meranti bisa naik beberapa kali. Hal ini  diungkapkan salah seorang pengusaha mi sagu di Selatpanjang Darmizun kepada Riau Pos, kemarin.


Menurutnya dengan adanya kenaikan harga bahan baku produknya ini cukup memberatkannya sebagai pengusaha yang sudah sejak lama berproduksi.

"Kami baru mau bangkit dari pandemi, harga tepung sagu malah naik. Ini nanti yang akan membuat harga pemasarannya tidak seimbang," ujarnya, Rabu (6/3).

Sebelumnya harga tepung sagu Rp280 ribu per karung, kini meningkat menjadi Rp320 ribu per karung. Kemudian kembali naik menjadi Rp350 ribu. Bahkan akhir-akhir ini kembali naik menjadi Rp380 ribu per karung. "Itu terjadi dalam sepekan," bebernya.

"Kami berharap pemerintah bisa memberikan solusi agar ada penekanan terhadap harga bahan baku yang diperlukan, sehingga kami bisa terus memproduksi olahan mi berbahan sagu," sebut Ketua Asosiasi Meranti Bersagu yang bergerak di bidang olahan khusus mi sagu itu.

Dengan naiknya harga tepung sagu, pengusaha mi sagu berencana akan menaikkan harga jual menjadi Rp8.000 ribu per kilogram. Langkah ini, menurut Darmizun dibuat agar mereka dan para pengusaha mi sagu lainnya tidak merugi.

Kondisi yang sama juga dialami Sallmi. Bahkan ia memilih berhenti produksi ketika kenaikan terus terjadi. Bahkan selain soal harga keberadaan tepung sagu di Selatpanjang mendadak langka. "Selain harga tinggi juga mulai susah dicari," ungkapnya.

Menanggapi hal itu, Kabid Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kepulauan Meranti Miftahulaid mengakui pihaknya sudah dua kali memfasilitasi pelaku usaha dengan pemilik kilang sagu untuk mencarikan solusi terkait hal itu.

"Kita sudah meminta kepada pemilik kilang untuk berpihak kepada sektor UMKM. Soal kenaikan harga bahan sagu, pihak kilang memang menyampaikan karena adanya beberapa komponen yang ikut naik seperti tual sagu, solar dan menggaji pekerja. Dengan kondisi itulah, pemilik kilang tetap bersikukuh menaikkan harga," kata Miftahulaid.

Sementara itu mengenai langkanya tepung sagu, Miftahulaid menyebutkan jika pemilik kilang hanya memproduksi lebih untuk Pulau Jawa dan mengurangi kuota untuk Kepulauan Meranti. Namun pihaknya tetap meminta kuota untuk Meranti kembali stabil seperti biasanya.

"Kita tekankan kepada pemilik kilang jika harga tetap dinaikkan, namun kuotanya terjaga untuk Kepulauan Meranti. Dari ribuan ton sagu yang dibawa ke Cirebon paling hanya 15 persen keperluan untuk UMKM," ujarnya.

Para pengusaha sagu di Kepulauan Meranti sudah sejak lama terjebak sistem ijon oleh para pengepul di Pulau Jawa. Turun naiknya harga sagu ditentukan mereka, sehingga mempengaruhi kuota lokal yang dijual eceran.(wir)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook