KESEHATAN

WHO: Tes Semua Orang Sekalipun Tak Tunjukkan Gejala Covid-19

Internasional | Minggu, 30 Agustus 2020 - 19:07 WIB

WHO: Tes Semua Orang Sekalipun Tak Tunjukkan Gejala Covid-19

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara harus secara aktif menguji semua orang untuk menemukan kasus virus Korona dan mengisolasi agar tak menjadi sumber penularan. Bahkan sekalipun jika mereka tidak menunjukkan gejala.

Pada konferensi pers, Kepala Teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove mengatakan pengujian perlu digenjot. Apalagi saat ini semakin banyak orang bergejala ringan atau tanpa gejala.


“Pengujian mungkin perlu diperluas untuk mencari individu yang gejalanya lebih ringan atau yang mungkin tidak menunjukkan gejala,” tegasnya seperti dilansir dari Fox59, Ahad (30/8).

Instruksi WHO itu bertentangan dengan pedoman baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). CDC menilai orang yang telah melakukan kontak dekat dengan pasien Covid-19 tetapi tak merasa sakit maka tidak perlu untuk dites. Untuk itu, Van Kerkhove mengatakan negara-negara bebas untuk menyesuaikan panduan pengujian WHO untuk kebutuhan masing-masing. Meski begitu, dia menegaskan bahwa pengujian masif penting untik dilakukan.

“Yang paling penting adalah pengujian, untuk menentukan kasus aktif sehingga dapat diisolasi dan pelacakan kontak juga dapat dilakukan,” katanya.

“Ini sangat mendasar untuk memutuskan rantai transmisi,” tegasnya.

Van Kerkhove juga mengungkapkan keprihatinannya tentang perilaku publik yang semakin cuek. Dia merasa prihatin dengan orang yang berpikir tidak perlu menjaga jarak aman dari orang lain.

“Kami melihat bahwa orang-orang tidak benar-benar mengikuti jarak fisik lagi. Meskipun Anda mengenakan masker, Anda masih perlu mencoba melakukan jarak fisik setidaknya satu meter dan bahkan lebih jauh jika Anda bisa,” tegasnya.

Kepala WHO untuk Eropa, Dr. Hans Kluge, menganalogikan bahwa virus Korona adalah ‘tornado dengan ekor panjang’ yang begitu lama rentang waktunya. Dia mengatakan meningkatnya infeksi di kalangan anak muda dapat menyebar ke orang tua yang lebih rentan dan menyebabkan peningkatan kematian.

“Bahwa pada satu titik akan ada lebih banyak rawat inap dan peningkatan angka kematian,” katanya.

“Mungkin orang yang lebih muda memang belum tentu akan mati karenanya, tapi ini adalah tornado dengan ekor yang panjang dan itu adalah penyakit multi organ,” katanya.

Kluge mengatakan 32 dari 55 negara bagian dan teritori di wilayah Eropa WHO telah mencatat peningkatan tingkat infeksi baru selama 14 hari lebih dari 10 persen. WHO juga merekomendasikan agar anak-anak berusia 6 hingga 11 tahun memakai masker pada waktu-waktu tertentu untuk mencegah penyebaran virus. Terutama di daerah-daerah dengan penyebaran komunitas yang luas atau di mana jarak sosial tidak bisa dipertahankan.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook