Prancis Kembali Selidiki Kematian Arafat

Internasional | Kamis, 30 Agustus 2012 - 08:27 WIB

PARIS (RP) - Apa sebenarnya yang membuat mantan Presiden Palestina, Yasser Arafat, wafat tiba-tiba dalam usia 75 tahun pada 11 November 2004 lalu, segera akan terkuak.

Pihak berwenang Prancis, tempatnya menghembuskan nafas terakhir, telah membuka penyelidikan atas kasus dugaan pembunuhan pemimpin Palestina, Yasser Arafat. Demikian ungkap salah satu pejabat kejaksaan Prancis.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Permintaan penyelidikan muncul bulan lalu, setelah Institut de Radiophysique di Lausanne, Swiss, atas permintaan Al Jazeera menemukan fakta mengagetkan, yakni unsur berbahaya radioaktif polonium di benda-benda pribadi Arafat.

Di pakaian, sikat gigi, juga kafiyeh, kain motif hitam putih yang setia terpasang di kepalanya.

Lantas muncul dugaan Arafat meninggal karena diracun menggunakan radioaktif temuan Marie Curie yang kerap dipakai untuk memberi tenaga pesawat luar angkasa.

Keluarganya diwakili janda Arafat, Suha, meminta dilakukan penggalian makam. Permintaan itu disetujui Presiden Mahmoud Abbas.

Caroline Chassain, sekretaris jenderal kantor kejaksaan wilayah Nanterre, Prancis, kepada CNN mengatakan penyelidikan dilakukan setelah Suha Arafat mengadukan secara hukum dugaan pembunuhan.

Hanan Ashrawi, anggota eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mendukung upaya penyelidikan tersebut. Menurutnya, itu sangatlah penting. ‘’Kami yakin, wafatnya Presiden Arafat tidak wajar. Juga juga percaya harus ada investigasi forensik dan kriminal untuk membuktikannya,’’ kata dia.

Hanan Ashrawi mengatakan, rakyat Palestina membutuhkan jawaban atas penyebab kematian Arafat, dan siapa yang bertanggungjawab. Tim penyelidik Palestina juga telah disiapkan, meski belum jelas kapan penggalian makam Arafat dilakukan.(viv/int/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook