TEHERAN (RP) - Harga minyak melayang-layang di atas 101 dolar AS per barel di tengah kekhawatiran investor akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sehingga bisa mengganggu suplai minyak mentah.
Dilansir dari Associated Press, Rabu (28/12), benchmark harga minyak mentah untuk pengiriman Februari turun 12 sen menjadi 101,22 dolar AS per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange.
Sementara harga untuk kontrak berjangka naik 1,66 dolar AS dan menetap di 101,34 dolar AS di New York pada Selasa waktu setempat.
Di London, harga minyak mentah jenis Brent naik 4 sen ke 109,31 dolar AS per barel di bursa ICE Futures.
Adapun berita resmi dari kantor berita Iran, Irna melaporkan, bahwa Wakil Presiden Iran Mohamed Reza Rahimi mengatakan negaranya akan menutup Selat Hormuz, memotong ekspor minyak, jika negara-negara Barat memberlakukan sanksi terhadap pengiriman minyak Iran.
Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara-negara lain mempertimbangkan sanksi terhadap Iran yang merupakan produsen minyak keempat terbesar, lebih dari kekhawatiran tentang program tenaga nuklirnya.
Selat Hormuz, yang terletak di Teluk Persia, adalah salah satu rute tersibuk di dunia untuk pengiriman minyak mentah dengan sekitar seperenam dari produksi minyak dunia.
Jika kapal tanker tidak bisa menggunakan selat tersebut, maka mereka harus memakan waktu lebih lama yang rutenya lebih mahal untuk dapat mencapai tujuan mereka, yang kemungkinan akan meningkatkan harga minyak.
“Kami meragukan sikap politik akan berubah menjadi tindakan, namun minyak tetap di atas 100 dolar AS,” papar konsultan energi Schork dalam laporannya.
Schork perkiraan harga minyak mentah akan melompat ke atas 140 dolar AS jika Iran menutup Selat Hormuz.
Di sisi lain, tanda-tanda ekonomi AS membaik juga membantu meningkatkan harga minyak mentah.(ade/jpnn)