Suriah Bantah Tudingan Penggunaan Senjata Kimia

Internasional | Kamis, 29 Agustus 2013 - 01:53 WIB

SURIAH (RP) - Pemerintah Suriah membantah negaranya menggunakan senjata kimia pada rakyatnya sendiri. Hal ini ditegaskan Menteri Luar Negeri Suriah Walid Moualem, menanggapi tuduhan dari Amerika dan sekutunya.

"Itu semua tuduhan palsu dan tidak berdasar, saya menantang mereka untuk membuktikan hal itu," ujar Moualem seperti dilansir Aljazeera (28/8).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pada konferensi pers yang diadakan di Ibukota Suriah, Damaskus, Moualem menantang dunia untuk memberikan bukti bahwa pemerintah Suriah berada di balik dugaan serangan senjata kimia pekan lalu di Ghouta timur, pinggiran Ibukota Damaskus.

Moualem ini juga menuduh Menlu AS John Kerry, berbohong dan mengabaikan pekerjaan inspektur PBB ketika menyatakan ada bukti tak terbantahkan dari serangan kimia skala besar.

"Kami semua mendengar genderang perang dipukuli di sekitar kami. Jika negara-negara ini meluncurkan agresi atau tindakan militer terhadap Suriah, saya percaya dengan dalih senjata kimia adalah palsu, tidak berdasar dan tidak beralasan," tegasnya.

Dia juga mengklaim kedatangan tim inspektur PBB ke lokasi terjadinya serangan senjata kimia telah ditunda hingga Rabu karena perselisihan di antara para pemberontak. "Pemberontak di timur Ghouta tidak bisa mencapai kesepakatan tentang menjamin keselamatan tim PBB," ujarnya.

Sebelumnya, oposisi Suriah mengatakan lebih dari 1.300 orang tewas ketika gas beracun yang dilepaskan pada Ghouta Timur dan Moadamiya,  dua lingkungan di pinggiran Damaskus, Rabu lalu.

Para inspektur PBB yang akan mulai hari kedua penyelidikan dugaan serangan senjata kimia pekan lalu di pinggiran ibukota Suriah, Damaskus. Namun, tim ini mendapatkan serangan dari sniper pada Senin karena mencoba untuk mengunjungi suatu daerah di Damaskus barat.

Konvoi enam kendaraan ditembak di zona penyangga antara pemberontak dan pemerintah di dekat Damaskus karena bepergian ke Moadamiya dan Ghouta. (esy/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook