HONGKONG (RIAUPOS.CO) -- Kaleng gas air mata dan selongsong peluru karet berceceran di Connaught Road West. Itu adalah bukti dan sisa-sisa bentrokan antara polisi dan penduduk Hongkong. Dua hari berturut-turut protes berakhir dengan kericuhan.
Sejak awal, polisi sudah bersiap. Seluruh pasukan pengamanan garda depan yang ditugaskan di Kantor Perwakilan Tiongkok di Sai Wan, Hongkong, kemarin (28/7) mengenakan masker khusus. Mereka sudah mengantisipasi kerusuhan. Tak butuh waktu lama, begitu massa merangsek, polisi langsung menembakkan gas air mata bertubi-tubi.
Massa juga sudah tak datang dengan tangan kosong. Dengan mengenakan baju hitam-hitam, mereka membawa payung sebagai pelindung. Seperti pihak kepolisian, mereka juga mengenakan masker meski hanya seadanya. Massa tak lagi hanya menuntut agar RUU Ekstradisi dibatalkan. Mereka juga menuntut kebebasan demonstrasi di Hongkong dikembalikan.
"Memalukan. Polisi tahu bahwa mereka telah melanggar hukum," ujar salah satu demonstran seperti dikutip Hong Kong Free Press.
Aksi kemarin itu dianggap ilegal karena tidak berizin. Massa hanya diperbolehkan untuk berkumpul dan menyuarakan pendapat di Chater Garden. Namun, kemarin jumlah demonstran mencapai puluhan ribu orang. Mereka lantas berpisah menjadi dua kelompok untuk memecah kekuatan polisi. Satu mengarah ke Kantor Perwakilan Tiongkok di Hongkong dan lainnya menuju Causeway Bay, pusat perbelanjaan yang terkenal di antara para turis. Toko-toko akhirnya tutup lebih cepat.
"Kami ingin dunia tahu apa yang terjadi di Hongkong dan kami mau keinginan kami dipenuhi. Kami ingin dunia melihat seberapa bengisnya polisi," terang salah satu demonstran seperti dikutip CNN. Dalam berbagai video dan foto yang diabadikan para jurnalis, polisi memang tak ragu untuk memukuli massa dengan pentungan yang dibawa. Mereka juga menembaki demonstran dengan peluru karet.
Kantor Perwakilan Tiongkok menjadi simbol kekuasaan Beijing di Hongkong. Karena itulah, massa memilih lokasi tersebut. Pekan lalu kantor tersebut dilempari telur dan disemprot cat di berbagai titik. Kini logo yang terpasang di gedung tersebut dilindungi dengan kotak kaca.
Karena kalah peralatan, massa akhirnya terpukul mundur hingga Western Market. Polisi terus menembaki mereka dengan gas air mata. Beberapa jurnalis terluka. Penduduk dan turis yang kebetulan lewat di lokasi tersebut mau tak mau harus ikut menghirup gas air mata.
Sebuah kereta dorong yang penuh dengan kertas koran dan kardus dibakar. Kereta itu sempat menjadi penghalang antara demonstran dan polisi. Versi polisi, demonstran mendorong troli yang terbakar itu ke arah mereka. ”Itu mengancam keselamatan semua orang di lokasi,” bunyi pernyataan pihak kepolisian. Mereka meminta pihak-pihak terkait untuk tenang. Mereka juga mengingatkan bahwa aksi tanpa izin itu melanggar hukum.
Sekitar pukul 20.00 polisi meminta kereta bawah tanah yang beroperasi dari Chai Wan ke Sheung Wan dihentikan sementara. Pun demikian layanan kereta di Sai Ying Pun, Hongkong University, dan Kennedy Town. Layanan feri dan helikopter yang menggunakan Hongkong-Macau Ferry Terminal di Sheung Wan juga ditutup sementara. Polisi tidak menyebutkan alasan penghentian layanan itu.
Aksi yang dicap ilegal tersebut bukan yang pertama. Sabtu (27/7) Hongkongers –sebutan bagi penduduk Hongkong– juga turun ke jalan tanpa mengantongi izin. Mereka berdemo di Yuen Long untuk mengutuk aksi kelompok yang menyerang demonstran pada Minggu (21/7). Diduga, kelompok itu merupakan penjahat yang bekerja sama dengan polisi untuk menakut-nakuti massa.
Aksi di Yuen Long itu juga berakhir dengan kerusuhan. Seperti kemarin, polisi menggunakan taktik baton charge. Yaitu, berlari ke arah massa sambil memukuli mereka dengan tongkat dan mendorong dengan tameng. Tujuannya satu, agar demonstran bubar.(sha/c11/sof)
Editor: Eko Faizin