Data Pemerintah 78 Tewas, Pendukung 120

Internasional | Senin, 29 Juli 2013 - 10:31 WIB

KAIRO (RP) - Korban tewas karena serangan militer Mesir terhadap massa pendukung presiden terguling Muhammad Mursi bertambah.

Kementerian Kesehatan menyebutkan, sedikitnya 78 orang tewas dan puluhan lainnya masih dirawat lantaran terluka.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dengan jumlah korban tersebut, dipastikan bahwa insiden pada Sabtu pagi (27/6) menjadi yang paling mematikan sejak kudeta 3 Juli.

Khaled El-Khateeb, kepala departemen perawatan intensif dan keadaan darurat mengungkapkan, bahwa korban tewas di Kota Alexandria bertambah delapan orang.

Bahkan, Ikhwanul Muslimin memiliki data sendiri yang menyebut korban tewas dalam serangan militer di Bundaran Rabiah Al-Adawiyah. Angkanya menembus 120 jiwa.

Tentang korban luka, Kementerian Kesehatan menyatakan, 792 orang menjadi korban insiden di dua kota tersebut pada Jumat (26/7) dan Sabtu pagi (27/7).

Otoritas menjelaskan, korban terbesar berasal dari kalangan demonstran. Namun, Kementerian Dalam Negeri juga memastikan sejumlah polisi ikut terluka. Yang belum dipastikan korban dari kelompok sipil bersenjata pendukung polisi.

Kekerasan berdarah di Mesir yang meluas menunjukkan cepatnya eskalasi konflik antara dua kubu besar yang terlibat dalam konflik politik.

Pertama adalah pendukung presiden terpilih yang dilengserkan melalui kudeta, Muhammad Mursi dan kelompok antipemerintahan Islam. Mereka dianggap telah mengkhianati tujuan revolusi.

Aparat keamanan bersikap lebih tegas untuk menghentikan demonstrasi pro-Mursi dengan menyerukan agar para demonstran segera membubarkan diri.

Dengan jaminan, tidak akan ada proses hukum apa pun terhadap mereka. Namun, para demonstran dengan tegas menolak dan mereka ingin mendapat simpati publik karena menjadi korban aksi represif polisi.

Tokoh Ikhwanul Muslimin dan koalisinya menyebut serangan Sabtu pagi sebagai pembantaian baru terhadap kelompok mereka.

‘’Pembantaian’’ serupa terjadi 8 Juli lalu saat tentara menembaki para demonstran di dekat barak militer yang diyakini sebagai tempat Mursi ditahan. Pada insiden tersebut, lebih dari 50 orang tewas.

Dalam pernyataan terakhirnya, Juru Bicara Ikhwanul Muslimin Gehad El-Haddad menegaskan kembali bahwa massa tidak akan mundur sampai kursi presiden dikembalikan kepada Mursi.

Tetapi, Menteri Dalam Negeri Mohammed Ibrahim menyatakan bahwa mereka akan segera dibubarkan.

Ahad (28/7), orang-orang yang menginap di Masjid Rabia Al Adawiya terbangun dengan perasaan melawan yang semakin kuat. Setelah kekerasan yang terjadi pada Sabtu, ada kesan yang sangat kuat bahwa mereka siap mati.

Seorang demonstran menyatakan, dirinya akan terus menghadapi polisi dan siap ditembak mati kapan saja.

Demonstran lainnya, yang sudah menginap di luar masjid sejak 3 Juli lalu, menambahkan bahwa dirinya lebih baik mati daripada hidup di bawah represi polisi.

‘’Apa pun yang terjadi kepada presiden (Mursi, red), kami akan melanjutkan protes ini. Jumlah kami bertambah setiap hari. Rakyat mulai menyadari adanya tirani dan bahaya jangka panjang kudeta militer,’’ ujar El-Haddad.(cak/c14/tia/jpnn/fia)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook