RAMALLAH (RP) - Sesuai rencana, pemerintah Palestina membongkar makam Yasser Arafat di Muqata (kompleks kantor presiden) di Ramallah, Tepi Barat, Selasa (27/11).
Beberapa pakar forensik asing lantas mengambil sampel dari jenazah presiden pertama otoritas Palestina tersebut untuk keperluan uji toksisitas. Setelah pengambilan sampel, jasad Arafat kembali dikebumikan.
‘’Menjelang siang, makam sudah ditutup kembali seperti semula,’’ ungkap Tawfik Tirawi, mantan kepala intelijen Palestina yang memimpin investigasi kemarin.
Menurut dia, tim forensik mulai melakukan penggalian makam sejak Subuh. Proses penggalian berlangsung secara rahasia dan tertutup. Terpal biru dibentangkan di atas dan sekitar makam Arafat yang meninggal pada 11 November 2004 itu.
‘’Pada pukul 05.00 (sekitar pukul 10.00 WIB) para pakar mulai memindahkan bebatuan dan lantas membuka makam secara rapi,’’ ujar sumber di kalangan pejabat Palestina.
Ia menambahkan bahwa hanya seorang dokter Palestina yang diizinkan untuk menyentuh secara langsung jasad tokoh yang akrab dipanggil Abu Ammar tersebut.
Namun, proses pembongkaran dan pengangkatan jenazah dilakukan di depan pakar forensik dari Swiss, Rusia, dan Prancis.
Sebenarnya, pemerintah Palestina telah mulai menggali makam sejak pertengahan November dengan mengerahkan sejumlah pekerja. Mereka membongkar lapisan permanen yang menutup makam Arafat.
Selama beberapa hari, para pekerja berusaha menembus lapisan paling atas dengan bor.
Selasa (27/11) kemarin, tim forensik akhirnya bisa mengambil jenazah tokoh 75 tahun itu dari liang kubur. ‘’Tim forensik lalu memindahkan jasad Arafat ke masjid di dekat makam dan mengambil sampel,’’ tutur seorang petugas yang terlibat dalam investigasi kemarin.
Saat hendak mengambil sampel dari jasad suami Suha Tawil itu, ungkap dia, tim forensik sempat mengalami kesulitan. Tapi, dia tidak menjelaskan kendala yang dihadapi tim forensik tersebut.
Setelah mengambil sampel, tim forensik mengembalikan jasad Arafat ke makam. Sejumlah pekerja dikerahkan untuk menutupi kembali makam itu.
‘’Selain sampel dari jasad Arafat, tim forensik mengambil sampel lain dari kamar, kantor, dan barang-barang pribadinya,’’ kata petugas yang merahasiakan namanya tersebut.
Lantas, tim forensik menyatukan seluruh sampel untuk keperluan penyelidikan. ‘’Tim forensik akan membawa sampel ke negara mereka masing-masing untuk dilakukan uji toksisitas,’’ lanjut petugas itu.
Sebelumnya, tim Institute of Radiation Physics dari Swiss menemukan jejak racun radioaktif polonium-210 pada sejumlah barang pribadi milik Arafat.
Pembongkaran makam Arafat itu menuai berbagai reaksi dari warga Palestina. Nidaa Younes, salah seorang pegawai pemerintah, menilai pembongkaran sebagai langkah yang tidak sopan.
‘’Menurut saya, itu tidak sopan meski agama mengizinkannya untuk beberapa tujuan,’’ ungkapnya.
Kendati demikian, Younes meyakini bahwa Arafat wafat akibat diracun. Dia pun menyalahkan pemerintah Israel atas kematian tokoh yang suka berkafiyeh (serban atau penutup kepala khas Palestina warna merah) itu.
Warga yang lain, Tony Abdo, juga menyalahkan Israel. Tapi, kata dia, untuk membuktikan keterlibatan Israel, makam Arafat memang perlu dibongkar. ‘’Itu penting untuk membuktikan Arafat meninggal secara tidak wajar,’’ tegasnya.
Pemerintah Palestina pun memerintahkan pembongkaran makam Arafat atas permintaan Suha. Janda Arafat itu ingin tahu apakah polonium-210 yang ditemukan tim Institute of Radiation Physics di pakaian sang suami sebagai penyebab kematiannya. Karena uji laboratorium saja tidak lengkap, Suha mengizinkan pembongkaran makam suaminya.
Secara terpisah, Jubir Lausanne University Hospital, Swiss, Darcy Christen, mengatakan bahwa pelacakan jejak polonium-210 pada jasad Arafat bukan hal mudah.
Sebab, racun yang juga merenggut nyawa Alexander Litvinenko, mantan mata-mata Rusia, pada 2006 itu relatif cepat terurai. ‘’Kami akan lakukan analisis mendalam dan serangkaian tes serta pemeriksaan ulang,’’ katanya.
Proses itu, terang Christen, memerlukan waktu yang cukup panjang. Apalagi, proses uji toksisitas itu dilakukan secara paralel di tiga negara.
‘’Saya rasa proses itu akan perlu waktu berbulan-bulan. Saya rasa, sebelum Maret atau April tahun depan, kami belum akan mendapatkan petunjuk yang kentara,’’ tegasnya.(hep/dwi/jpnn/ila)