KAIRO (RP) - Keterlibatan langsung militer Amerika Serikat dalam konflik Suriah tampaknya segera menjadi kenyataan. Saat ini kekuatan perang negara adidaya itu tinggal menunggu turunnya perintah dari Presiden Barack Obama untuk memulai penyerbuan.
"Kami telah menempatkan sejumlah aset di posisi, guna memenuhi opsi apapun yang presiden ingin putuskan," ujar Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel seperti dilansir dari BBC, Rabu (28/8).
Sikap AS ini senada dengan sekutu-sekutunya yang juga telah menyatakan kesiapannya untuk menerjunkan pasukan ke negara Timur Tengah tersebut. Namun, negara-negara barat sahabat Amerika masih terus melakukan kajian dan mengumpulkan bukti-bukti sebelum mengambil keputusan.
Sementara dari Suriah, pihak oposisi menyambut baik sikap AS dan sekutunya. Mereka berharap intervensi militer dapat dilakukan secepat mungkin.
Utusan koalisi oposisi Suriah, Monzer Makhous mengatakan pihaknya siap mendukung langkah apapun yang dapat mengakhiri perang saudara dan rezim Presiden Bassar al-Assad.
"Kami akan mendukung langkah apapun untuk menghukum rezim tersebut, yang telah membunuh rakyatnya sendiri demi tetap berkuasa dengan biaya apapun," ucap Makhous.
Reaksi bersebrangan dilontarkan oleh pemerintah berkuasa Suriah. Menteri Luar Negeri, Walid al-Muallem, memperingatkan bahwa militer Suriah akan bertahan dan "mengejutkan" para musuhnya.
Seperti diketahui, hubungan Suriah dengan AS dan para sekutunya semakin memanas pasca serangan senjata kimia di Ghouta Timur dan Maadamiyet al-Sham, Rabu (21/8) pekan lalu. Negara barat menduga pemerintah Assad berada di balik kejahatan perang yang menewaskan sedikitnya 1.300 orang tersebut. (dil/jpnn)