MOSKOW (RP)-Rencana intervensi militer Barat di Suriah menuai kecaman dari Rusia dan Cina. Moskow memperingatkan, setiap langkah militer akan berdampak sangat besar terhadap stabilitas keamanan regional.
Saat ini, Amerika Serikat dan sekutunya memang tengah mempertimbangkan untuk menyerang Suriah. Itu terjadi lantaran sejumlah tentara loyalis Presiden Bashar al-Assad diduga menggunakan senjata kimia saat menyerang para pemberontak.
Meski PBB turun tangan untuk menginspeksi dugaan itu, Menlu AS John Kerry sudah menyatakan bahwa serangan senjata kimia tersebut terbukti benar. Seorang juru bicara kantor Perdana Menteri Inggris menyatakan, pihak militer tengah merancang strategi darurat untuk sebuah aksi militer di Suriah.
PM David Cameron dilaporkan mempersingkat liburannya dan kembali ke London terkait dengan perkembangan krisis di Syria.
Namun, Jubir Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich menyerukan kepada komunitas internasional agar berhati-hati dalam mengambil sikap terkait dengan krisis Syria. Panduannya, kata dia, harus menggunakan hukum internasional.
‘’Upaya pemotongan jalur Dewan Keamanan dan sekali lagi mencari-cari alasan tanpa dasar untuk mengintervensi militer akan memperburuk kondisi Syria. Itu akan berdampak kerusakan parah di Timur Tengah serta Afrika Utara,’’ jelasnya.
Senin (26/8) malam waktu setempat, AS memutuskan menunda pertemuan mediasi dengan Rusia untuk penyelesaian krisis Suriah.
Alasannya, terkait dengan dugaan masalah penggunaan senjata kimia. Beberapa jam kemudian, Moskow kecewa atas keputusan Washington.
Rencananya, dua pihak tersebut bertemu di Den Haag hari ini, Rabu (28/8), dengan agenda merancang konferensi internasional untuk menemukan solusi politik atas krisis Suriah.
Kantor berita Cina, Xinhua menekankan bahwa Barat terlalu cepat menyimpulkan bahwa tentara Suriahlah yang menggunakan senjata kimia. Padahal, tim PBB belum menyelesaikan inspeksi. Kesimpulan pun belum didapat. Pemerintah Suriah maupun pejuang saling menyalahkan soal serangan gas beracun di pinggiran Damaskus pada Rabu pekan lalu.(cak/c15/dos/jpnn/fia)