MENDOZA (RIAUPOS.CO) -- Pastor Horacio Corbacho dan Nicola Corradi mendapat ganjaran atas kejahatan mereka. Selama bertahun-tahun, mereka memerkosa dan melecehkan puluhan anak-anak dan remaja di sekolah tunarungu.
JAKSA Gustavo Stroppiana tak bisa menahan air matanya saat mendengar putusan hakim di Pengadilan Mendoza, Argentina, Senin (26/11). Tiga hakim panel satu suara menyatakan Romo Horacio Corbacho dan Romo Nicola Corradi bersalah atas dakwaan pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Korban kebejatan dua pemuka agama itu adalah 20 siswa di Provolo Institute for Deaf and Hearing Impaired Children. Corbacho dijatuhi hukuman 45 tahun penjara, sedangkan Corradi 42 tahun.
"Tak ada satu pun putusan ini yang bisa membawa kebahagiaan, tapi ini memuaskan karena kami bisa mengadili tindakan yang ditutupi selama bertahun-tahun," ujarnya seperti dikutip The New York Times. Para korban yang dihadirkan didampingi penerjemah.
Kejahatan Corbacho dan Corradi membuat negeri kelahiran Paus Fransiskus itu syok sekaligus merasa miris. Korban mereka adalah anak-anak dan remaja tunarungu yang dikelola gereja Katolik tersebut. Siswanya rata-rata berasal dari keluarga tak mampu.
Kejahatan itu terjadi pada periode 2004–2016. Dua pastor tersebut tak mengenal lokasi untuk melakukan kejahatan mereka. Mereka memerkosa siswa di kamar mandi, asrama, taman, dan ruang bawah tanah. Korban rata-rata berusia 4–17 tahun. Dari hasil dengar pendapat, terungkap bagaimana dua pastor itu melakukan kejahatan mereka dengan terencana. Para siswa yang menjadi korban tak pernah diajari cara berbicara dengan bahasa isyarat. Dengan begitu, mereka tidak bisa menceritakan perbuatan bejat Corbacho dan Corradi kepada orang tua maupun orang-orang di sekitar mereka.
"Kami tidak mempelajari apa pun. Kami tidak bisa berkomunikasi," ujar Ezequiel Villalonga, salah seorang korban yang kini berusia 18 tahun, seperti dikutip Agence France-Presse. Dulu dia sempat bertanya kepada teman-temannya di kelas yang lain, tapi mereka mengalami hal yang sama.
Sekolah yang dibuat untuk membantu para siswa itu menjadi sebuah jebakan tanpa jalan keluar. Sebab, hampir semua orang di dalamnya terlibat. Termasuk tukang kebun di sekolah tersebut, Armando Gomez, yang dijatuhi hukuman 18 tahun penjara.
Kasus itu kali pertama mencuat pada 2016. Sekolah tersebut langsung ditutup dan beberapa staf ditangkap. Termasuk biarawati Kosaka Kumiko yang menyerahkan diri ke polisi. Dia didakwa ikut terlibat dengan dua imam tersebut. Kumiko memaksa korban memakai popok untuk menutupi perdarahan pasca diperkosa Corbacho. Dia menjalani proses peradilan yang berbeda mulai Agustus lalu.
Tahun lalu mantan putra altar (anak-anak yang biasa membantu imam memimpin misa) Jorge Bordon dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara. Pria 50 tahun itu melecehkan lima anak-anak di sekolah yang sama. Tersangka lainnya tak diadili karena cacat mental. Semasa kanak-kanak, dia juga mengalami pelecehan seksual. Empat belas tersangka lainnya akan diadili dalam dua sidang yang berbeda.
Corbacho, Corradi, dan Gomez bungkam. Mereka tidak mau memberikan pernyataan satu pun. Corradi yang telah berusia 81 tahun datang dengan menggunakan kursi roda. Wajahnya dingin dan lebih banyak melihat ke lantai.
Corradi berdarah Italia. Dia datang ke Argentina pada 1970. Sebelumnya di Provolo Institute,Verona, Italia. Di sekolah tersebut dia juga diselidiki karena kasus pelecehan seksual, tapi tak pernah dihukum.
Kejadian itu membuat orang tua para korban tak lagi percaya ke gereja. Mereka mempertanyakan mengapa justru polisi dan pengadilan yang menutup sekolah tersebut bukannya pihak gereja. "Gereja telah berusaha menyembunyikan pelecehan ini," tegas Ariel Lizarraga, salah satu orang tua korban.(*/c22/dos/das)
Laporan SITI AISYAH, Mendoza