JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pemerintah Prancis tengah bersedih setelah 13 tentara mereka tewas dalam kecelakaan helikopter di Mali, Senin (25/11) malam waktu setempat. Saat itu, tentara Prancis tengah melakukan penyisiran pemberontak Mali. Mereka memang ditugaskan untuk menghadapi pemberontak Mali.
Pada Selasa (26/11), Prancis mengatakan itu sebuah kehilangan besar pasukan Perancis dalam pertempuran di wilayah tersebut sejak melakukan intervensi di sana pada 2013. Prancis memiliki pasukan Barkhane yang berkekuatan 4.500 personel untuk melawan pemberontakan Islam di wilayah Sahel. Kekerasan oleh gerilyawan yang terkait dengan Alqaida dan Negara Islam di daerah yang jarang penduduknya itu telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
"Presiden mengumumkan dengan sangat sedih kematian 13 tentara Prancis di Mali pada 25 November malam, dalam suatu kecelakaan di antara dua helikopter mereka selama misi tempur melawan para pejihad," sebut pernyataan dari kantor presiden Prancis.
Hanya saja, kondisi di sekitar terjadinya kecelakaan itu belum jelas. Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Florence Parly, mengatakan insiden itu terjadi ketika helikopter sedang dalam penerbangan. Kementerian Pertahanan mengatakan helikopter yang terlibat adalah Tiger dan Cougar dan operasi berlangsung di Mali tengah.
"Mereka mendukung pasukan komando dari pasukan Barkhane yang terlibat dengan teroris bersenjata," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Prancis melakukan intervensi di Mali enam tahun lalu untuk mengusir militan Islam yang telah menduduki utara. Prancis sejak itu mempertahankan pasukan di wilayah itu sebagai bagian dari operasi kontra-terorisme Barkhane. Sementara kekuatan barat telah memberikan dana kepada pasukan regional yang terdiri dari tentara dari Mali, Niger, Burkina Faso, Chad, dan Mauritania.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi