LONDON (RIAUPOS.CO) - Aparat Inggris kembali menangkap orang yang diduga terlibat atas kematian 39 korban di dalam peti kemas di London pada Rabu (23/10). Mereka terus melacak akar permasalahan dalam dugaan penyelundupan imigran tersebut. Menurut rumor yang beredar, mafia Tiongkok Snakehead berada di balik tragedi tersebut.
Menurut The Guardian, Kepolisian Essex menangkap seorang perempuan dan pria dari Warrington, Inggris, terkait dengan dugaan perdagangan manusia. Keduanya berusia 38 tahun dan diduga ikut bertanggung jawab atas kematian 39 warga Tiongkok di Purfleet. Mo Robinson, sopir truk asal County Armagh, masih ditahan setelah kepolisian mendapat izin dari pengadilan.
Sebelumnya, Bulgarian TV merilis bahwa identitas pemilik truk cocok dengan data dua tersangka tambahan. Salah satunya, Joanna Maher yang berumur 38 tahun. Thomas, si suami, merupakan bos angkutan barang dengan usia yang sama. Namun, mereka mengaku sudah menjual truk tersebut kepada perusahaan di County Monaghan.
Pada saat yang sama, kepolisian sudah berhasil mengevakuasi 11 jenazah dari peti kemas ke rumah duka di Broomfield Hospital, Chelmsford. Mereka menegaskan bahwa proses itu tidak bisa dipercepat.
”Bukan hanya soal menghormati jenazah. Namun, mereka juga harus mencari petunjuk kapan dan bagaimana mereka masuk ke belakang truk dan apakah ada kekerasan di sana,” ujar Richard Shepherd, pakar forensik Inggris.
Sementara itu, otoritas Belgia terus mencari petunjuk. Menurut beberapa sumber, data GPS menunjukkan truk berangkat dari Monaghan pada 15 Oktober. Kendaraan itu sempat berada di Dunkirk, Prancis. Tempat itu memang terkenal sebagai sarang penyelundup yang ingin menyeberangkan imigran ke Inggris.
”Kami punya cara untuk melakukan rekonstruksi rute kontainer. Tapi, butuh waktu,” ujar Eric Van Duyse, jubir jaksa federal Belgia, kepada Agence France-Presse.
Di tengah semua hiruk pikuk kasus tersebut, nama Snakehead kembali mencuat. Geng kriminal yang dikabarkan bermarkas di Chinatown Kota Rotterdam, Belanda, itu sudah terkenal menggeluti bisnis perdagangan manusia. Biasanya, mereka menawarkan jasa menyeberang ke Inggris berbiaya 30 ribu pound sterling atau Rp 539 juta. Uang itu biasanya berupa utang yang harus dicicil saat imigran berhasil tinggal di Inggris.