TOKYO (RIAUPOS.CO) - Di saat banyak negara dipusingkan dengan pertambahan jumlah penduduk, sebaliknya terjadi di negara ini. Populasi warga Jepang malah terus turun. Sensus penduduk yang dirilis Jumat (26/2/2016) menunjukkan bahwa jumlah warga turun drastis hampir 1 juta penduduk. Itulah penurunan kedua yang terjadi sejak sensus pertama pada 1920. Hasil tersebut membuat masalah demografis di Jepang kian nyata. Sebab, selain jumlah penduduk turun, populasi di Jepang didominasi orang tua.
Berdasarkan hasil sensus pada 1 Oktober 2015, jumlah penduduk Jepang mencapai 127.110.047 orang. Jumlah itu turun 0,7 persen jika dibandingkan dengan sensus sebelumnya lima tahun lalu. Pada sensus 2010, jumlah penduduk Jepang mencapai 128.057.352 jiwa. Artinya, populasinya berkurang 947.305 orang. PBB memperkirakan populasi penduduk di Jepang berkurang hingga 83 juta jiwa pada 2100. Sebanyak 35 persen di antaranya berusia lebih dari 65 tahun. ’’Penting untuk membangun struktur sosial dalam rangka mengakomodasi penurunan angka penduduk ini,’’ ujar Kepala Menteri Kabinet Yoshihide Suga.
Dia menyatakan, pemerintah akan mengimplementasikan berbagai langkah untuk meningkatkan angka kelahiran. Dengan begitu, angka penurunan penduduk tersebut bisa tertutupi.
Kementerian Dalam Negeri Jepang mengungkapkan, saat ini jumlah penduduk asing yang bermukim di Jepang memang terus naik. Namun, penurunan jumlah penduduk asli jauh lebih tinggi kalau dibandingkan dengan kenaikan penduduk asing tersebut.
Merujuk hasil estimasi PBB baru-baru ini, Jepang merupakan negara dengan populasi terbesar ke-10 di dunia. Negeri Matahari Terbit itu menyumbang 1,7 persen dari populasi di dunia. Tetapi, di antara 10 negara dengan populasi penduduk terbesar tersebut, hanya Jepang yang populasinya terus turun.
Sebanyak 39 di antara 47 prefektur mengalami penurunan populasi. Sebanyak 33 di antara 39 prefektur itu mengalami percepatan penurunan yang cukup signifikan. Populasi meningkat di Tokyo dan wilayah sekitarnya. Populasi di Tokyo ditambah dengan Prefektur Saitama, Chiba, dan Kanagawa mencapai 36,13 juta jiwa. Jumlah tersebut naik 510 ribu bila dibandingkan dengan sensus sebelumnya. Kenaikan di Tokyo mencapai 2,7 persen. Kenaikan tertinggi berada di Prefektur Okinawa yang mencapai 3 persen. Baik itu dari angka kelahiran maupun perpindahan penduduk.
Jumlah rumah tangga di Jepang pada sensus kali ini bertambah 2,8 persen jika dibandingkan dengan lima tahun lalu. Saat ini ada 53.403.226 rumah tangga di Jepang. Namun, jumlah penghuni setiap rumah tangga menurun hingga 2,38 persen. Artinya, keluarga di Jepang kini kecil-kecil, bukan keluarga besar dalam satu rumah seperti dulu.
Para peneliti memprediksi, pada beberapa dekade mendatang, jumlah penduduk usia kerja terus turun. Di sisi lain, jumlah orang tua akan terus naik. Hal itu tentu saja tidak baik untuk perekonomian. Selain itu, dana kesehatan yang dikeluarkan pemerintah bakal naik.
Berdasar proyeksi pemerintah, pada 2060, sebanyak 40 persen penduduk Jepang berusia lebih dari 65 tahun. Selain itu, populasi penduduk akan mengecil sepertiga dari jumlah yang ada saat ini.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sudah membuat prioritas untuk meningkatkan angka kelahiran penduduk. Yaitu, dengan rata-rata kelahiran 1,4 anak per perempuan menjadi 1,8 anak. Abe menjanjikan peningkatan perawatan anak-anak dan insentif pajak. Namun, tampaknya program itu tidak terlalu berhasil.(japan today/bbc/the guardian/sha/c14/ami)
Laporan: JPG
Editor: Fopin A Sinaga