Saudi Diduga Bangun Pabrik Misil Balistik

Internasional | Minggu, 27 Januari 2019 - 12:36 WIB

RIYADH (RIAUPOS.CO) – Sorotan untuk pemerintah Arab Saudi dari publik internasional bakal menajam. Masalah pembunuhan Jamal Khashoggi dan perang Yaman belum selesai. Namun, foto satelit tentang pembangunan pabrik misil balistik di negara tersebut muncul.

Foto satelit di markas militer Kota Al Dawadmi 230 kilometer dari ibukota pertama kali muncul di Jane’s Defence Weekly 2013 silam. Saat itu, pakar melihat dua landasan peluncuran misil. Pakar berasumsi landasan itu bakal digunakan untuk meluncurkan misil yang dibeli dari Cina dengan target Israel atau Iran.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Namun, gambar satelit yang didapat 13 November tahun lalu menunjukkan perkembangan yang menakutkan. ‘’Saat melihat, kami sadar. Wah, ini bukan sekadar markas peluncuran misil lagi,’’ ungkap Jeffrey Lewis, pakar misil Middlebury Institute of International Studies, kepada Washington Post.

Lewis dan dua rekannya David Schmerler dan Fabian Hinz melihat ada fasilitas baru yang dibangun di dekat markas 2013. Fasilitas itu diduga bisa membuat dan mengisi bahan bakar misil balistik. Dugaan itu diperkuat dengan landasan tes misil di pojok kompleks bangunan. Landasan tes hanya dibangun untuk fasilitas yang ingin memproduksi misilnya sendiri. ‘’Saya jadi khawatir bahwa dunia terlalu meremehkan ambisi Arab Saudi,’’ imbuh Lewis.

Sampai saat ini, pejabat Arab Saudi menolak memberikan komentar. Karena itu, bagaimana teknologi pembuatan misil didapat negara Makah-Madinah itu masih jadi misteri. Lewis hanya bisa menebak bahwa ilmu tersebut didapat dari Cina.

Menurutnya, struktur bangunan hampir sama dengan fasilitas misil yang dimiliki negara Tirai Bambu tersebut. Tentu saja, pemerintah Cina langsung menyangkal tuduhan tersebut. ‘’Saya tidak pernah dengan bahwa Cina membantu Arab Saudi membangun fasilitas misil,’’ ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying kepada Associated Press.

Produksi misil balistik merupakan program militer yang super sensitif. Sebab, misil tersebut punya kemampuan untuk mengangkut bom nuklir. Arab pun sering mengumpat kepada Iran karena alasan yang sama. Namun, visi dari Arab Saudi yang terungkap melalui Putra Mahkota Muhammad Bin Salman (MBS) sudah jelas. Soal militer, kerajaan Al Saud sama sekali tak mau mengalah. Dia mengaku bakal mengimbangi teknologi militer apapun yang dimiliki oleh musuhnya Iran.

‘’’Kami tak mau memiliki bom nuklir. Tapi, jika Iran mengembangkan teknologi itu, saya jamin Arab bakal langsung ikut memproduksi,’’ ujar MBS dalam wawancara program 60 Minutes di CBS Maret lalu.

Hal tersebut dibuktikan saat AS, pemasok utama senjata Arab Saudi, menolak menjual drone militer seperti Predator atau Reaper ke Riyadh 2016 silam. Namun, mereka malah meneken kontrak proyek pabrik drone dengan Cina.

Pakar dari International Institute for Strategic Studies Michael Elleman menilai bahwa langkah Arab Saudi ini memang aneh. Menurutnya, wajar jika Iran harus mengandalkan misil balistiknya untuk berperang. Sebab, mereka hanya punya armada pesawat tempur yang diproduksi tahun 1970an.

Namun, Saudi sudah membeli puluhan pesawat F-15, Typhoon, dan Tornado. Harusnya, pertahanan udara mereka sudah lebih dari cukup. ‘’Mungkin mereka tak ingin lagi bergantung dengan AS. Tak ada jaminan bahwa AS akan mendukung Arab selamanya untuk melawan Iran,’’ jelas Elleman.

Alasan itu makin tepat saat melihat hubungan bilateral kedua negara yang sedang ‘’masam’’ saat ini. Semenjak kasus pembunuhan wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi Oktober lalu, publik AS terus mendesak dan merundung MBS yang diduga aktor utama. Hanya Presiden AS Donald Trump yang masih mendukung MBS.

‘’Kalau ada bukti bahwa Arab Saudi mulai mengetes misil, pemerintah AS pasti akan ditekan untuk memberikan sanksi ke Arab. Seperti yang dilakukan kepada Iran,’’ begitu tanggapan STRATFOR, lembaga intelijen swasta di Austin, Texas, AS.(bil/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook