Putin dan Prigozhin, pada Sebuah Restoran Terapung di St Petersburg

Internasional | Senin, 26 Juni 2023 - 22:35 WIB

Putin dan Prigozhin, pada Sebuah Restoran Terapung di St Petersburg
Vladimir Putin-Yevgeny Prigozhin. (AFP)

MOSKOW (RIAUPOS.CO) - Dari berjualan hot dog, dia tumbuh menjadi sosok yang menguasai sebuah kota di selatan Rusia. Dan, hanya terpisah 400 kilometer saja dari penyerbuan ke Moskow yang sampai membuat wali kota setempat menyebut situasi di ibu kota Negeri Beruang Merah itu ”sulit”.

Semua itu tentu tak terbayangkan ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mulai mendatangi New Island, restoran terapung milik Yevgeny Prigozhin, pria tadi, pada awal 1990-an di St Petersburg. Putin masih menjadi wakil wali kota setempat ketika itu dan Prigozhin baru mengembangkan bisnis restoran setelah sukses berjualan hot dog selepas dari penjara.


Mengutip BBC, Prigozhin divonis 13 tahun penjara pada 1991 gara-gara perampokan dan penyerangan. Durasi hukuman itu dijalani pria yang kali pertama dipenjara pada 1979 karena kasus pencurian tersebut selama sembilan tahun.

Begitu gemarnya pada New Island yang biasa melayari Sungai Neva di St Petersburg, ketika mulai berkuasa, Putin mulai membawa tamu-tamu negara ke sana. Perdana Menteri Jepang Yoshiro Mori merupakan yang pertama. Pada momen menjamu Mori pada April 2000 itulah, Putin dan Prigozhin kali pertama bertemu.

”Vladimir Putin melihat bahwa saya bisa melayani tamu dengan baik,” kata Prigozhin dalam sebuah wawancara sebagaimana yang dikutip BBC, Sabtu (24/6).

Sama-sama berasal dari St Petersburg, dengan cepat relasi Putin-Prigozhin terjalin erat. Prigozhin, lewat perusahaan kateringnya, Concord, lalu dipercaya menjadi pemasok katering ke Kremlin sampai mendapat julukan Juru Masak atau Kokinya Putin.

Empat belas tahun setelah pertemuan pertama di restoran terapung tadi, baru terkuak bahwa Prigozhin punya bisnis bayangan yang belakangan diakui Putin turut dia biayai: Wagner Private Military Company (PMC) alias perusahaan militer swasta. Wagner diambil dari nama panggilan radio sang pendiri, Dmitry Utkin.

Pada 2014 itu, mengutip Al Jazeera, para tentara bayaran Wagner turut melatih para kelompok separatis pro-Rusia di Donbas, Ukraina. Sesudahnya jejak kebrutalan Wagner tersebar ke mana-mana. Dari Asia sampai Afrika.

Termasuk ketika Rusia mulai menyerang Ukraina pada Februari tahun lalu. Merekalah yang kali pertama mengibarkan bendera Rusia di Bakhmut, kota di wilayah timur Ukraina. Banyak yang menyebut momen pada April lalu itu turut mengangkat moral pasukan Rusia setelah mengalami pertempuran sengit selama 15 bulan.

Karena kedekatannya dengan Putin, Prigozhin, sebagaimana umumnya lingkaran oligarki Rusia, mendapat banyak privilese. Salah satunya, dia bisa bebas berkeliling ke penjara-penjara Negeri Beruang Merah, mengajak para terpidana bergabung dengan iming-iming pengurangan hukuman atau bahkan pengampunan.

Rekrutan Wagner lainnya berasal dari bekas wilayah Rusia di Asia Tengah, terutama Kazakhstan, Tajikistan, dan Turkmenistan. Ada pula yang dari Suriah dan Libya yang juga bekas wilayah operasi mereka. Sekarang Prighozin mengklaim memiliki kekuatan bersenjata mencapai 50 ribu personel.

Puluhan ribu tentara itu pula yang digerakkan Prigozhin untuk menyerbu dan menguasai Rostov-on-Don, kota di selatan Rusia, serta sudah merangsek sampai Lipetsk yang berjarak sekitar 420 kilometer dari Moskow pada Sabtu lalu. Putin marah besar, menyebut mereka pengkhianat dan mengancam menghukum berat.

Meski, tak pernah sekali pun Prigozhin menyalahkan Putin. Musuh besarnya adalah Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan komandan militer Rusia dalam invasi ke Ukraina, Valery Gerasimov. Prigozhin menyebut mereka inkompeten.

”Kementerian Pertahanan (Rusia) telah membohongi masyarakat dan Presiden Rusia tentang rencana agresi gila dari Ukraina dan mereka akan menyerang kita beserta keseluruhan kekuatan NATO,” kata Prigozhin setelah pasukannya menguasai Rostov-on-Don.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook