COLOMBO (RIAUPOS.CO) - Kondisi kehidupan beragama di Sri Lanka menjadi terganggu pasca aksi serangkaian bom di beberapa tempat terutama gereja di Sri Lanka Minggu lalu.
Gereja Katolik di Sri Lanka mengambil sikap untuk meliburkan semua aktivitas dalam beberapa hari ke depan. Sebab dari perkembangan selanjutnya, mereka takut potensi serangan belum berakhir. Yang tertinggal hanya upacara pemakaman pribadi.
Misa umum harus dihentikan sementara waktu. Hal tersebut dilakukan atas imbauan dari pihak berwenang. Sebab, sampai saat ini otoritas merasa belum berhasil mencabut semua akar teroris di negara Asia Selatan itu. ’’Kami sudah meningkatkan personel yang berjaga menjadi 6.300 orang. Sementara itu, angkatan laut dan angkatan udara juga mengerahkan 2 ribu orang sebagai bantuan,’’ ujar Brigadir Sumith Atapattu, juru bicara militer Sri Lanka, kepada Agence France-Presse.
Rabu malam (24/4/2019) otoritas kembali menangkap 16 tersangka baru. Total terduga yang diamankan sejak penyerangan berlangsung pun menjadi 74 orang. Mereka seperti ingin menebus dosa karena lalai mencegah aksi yang sebenarnya sudah diketahui.
The Guardian merilis bahwa petunjuk tentang aksi itu sebenarnya telah disampaikan India setelah mereka menginterogasi warga bekas tentara ISIS. ’’Ini benar-benar kesalahan besar dalam menyikapi informasi,’’ ujar Wakil Menteri Pertahanan Ruwan Wijewardene.
Di sisi lain, bukan hanya kaum Katolik ketakutan. Kaum minoritas Islam pun ikut resah seusai serangan bom di delapan titik yang menewaskan 359 jiwa. Mereka jadi bulan-bulanan masyarakat karena dinilai punya andil dalam aksi tersebut.(bil/c10/sof)
Sumber: JPNN.com
Editor: Fopin A Sinaga