JENEWA (RP) - Investigasi kematian Yasser Arafat segera memasuki babak baru. Kemarin (24/8) laboratorium radiologi Swiss mengaku telah menerima izin Suha, janda Arafat, untuk melakukan pemeriksaan postmortem pada jenazah suaminya. Tetapi, para pakar Swiss masih menantikan izin tertulis sebelum bertolak ke Palestina.
"Kami menunggu surat izin resmi dari pengacara (Suha) sebagai tiket untuk memasuki Kota Ramallah," kata Darcy Christen, juru bicara Laboratorium Radiologi Lausanne University Hospital Centre. Dia berharap, Marc Bonnant, pengacara Suha, bisa secepatnya menyelesaikan redaksional surat resmi yang akan menjadi rekomendasi bagi tim Swiss untuk memasuki Palestina.
"Dalam hal ini, waktu memegang peran yang sangat penting. Pasalnya, polonium akan menyusut menjadi separo ukuran awal tiap 138 hari," lanjut Christen. Karena itu, dia berharap, penyelidikan postmortem bisa terjadi dalam hitungan pekan, bukan bulan. Jika perhitungan tim Swiss tepat, saat ini jejak polonium dalam tubuh Arafat sudah menyusut 20 kali sejak 11 November 2004.
Terpisah, komite khusus Palestina yang bertugas mengawal investigasi terhadap Arafat juga mengaku telah sangat siap. Bahkan, kabarnya, mereka sudah mempersiapkan berbagai kemungkinan untuk menangkis intervensi Israel. "Kami sudah siap menghadapi Israel yang pasti akan ikut campur dalam investigasi ini," kata Tawfiq Tirawi, salah seorang anggota komite khusus tersebut.
Palestina yakin, Arafat yang wafat pada usia 75 tahun itu merupakan korban pembunuhan. Meskipun tim dokter Prancis yang menulis surat kematian Arafat tidak mencantumkan penyebab kematian presiden pertama Palestina itu, keluarga dan kerabatnya tidak percaya jika politikus andal tersebut meninggal karena sakit. Belakangan tim independen menemukan jejak racun polonium pada pakaian Arafat. (AP/AFP/hep/c10/ami)