DIANGGAP GAGAL TANGANI LAPORAN INTELIJEN

Dua Petinggi Keamanan Sri Lanka Dicopot

Internasional | Kamis, 25 April 2019 - 19:28 WIB

Dua Petinggi Keamanan Sri Lanka Dicopot
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena. (bbci.co.uk)

COLOMBO (RIAUPOS.CO) - Dampak dari aksi peledakan bom di sejumlah tempat di Sri Lanka membuat Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena melakukan pencopotan pada dua pembantunya yakni Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando dan Inspektur Jenderal Polisi Pujith Jayasundara. Oleh presiden keduanya diminta untuk mengundurkan diri.

Presiden juga menyatakan tidak diberi tahu terkait adanya informasi intelijen bahwa bakal ada serangan bom di negaranya. Jika tahu, Sirisena akan mengambil tindakan tegas untuk mencegah serangan yang terjadi saat perayaan Paskah Minggu (21/4/2019). Kedua pejabat itu dinilai gagal menangani laporan intelijen.
Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Karena sudah telanjur kecolongan, dia berjanji merombak sistem keamanan di negaranya. ’’’Aparat keamanan negara direstrukturisasi beberapa hari mendatang dengan perubahan kepemimpinan dalam 24 jam,’’’ tuturnya sebagaimana dikutip Agence France-Presse. Saat ini penyidikan serangan bom itu masih terus dilakukan. Jumlah korban jiwa terus bertambah. Kini setidaknya 359 orang dinyatakan tewas.

Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe menegaskan, serangan tersebut tidak mungkin bisa dilakukan tanpa bantuan kelompok tertentu di luar negeri. Bisa jadi Islamic State (IS) alias ISIS memang benar terlibat untuk membantu National Tawheed Jamaath (NTJ) melakukan pengeboman.

Sementara itu, polisi mengungkapkan bahwa setidaknya ada sembilan pelaku bom bunuh diri dalam serangan Paskah tersebut. Yaitu, 8 pria dan 1 perempuan. Salah seorang pelaku adalah lulusan salah satu universitas di Inggris. Setelah menyelesaikan studinya, dia mengambil kuliah pascasarjana di Australia.

Pejabat keamanan Inggris yang menjadi sumber CNN menyebutkan, pelaku yang dimaksud bernama Abdul Lathief Jameel Mohamed. Dia berkuliah di wilayah South East of England pada 2006-2007. Tidak dijelaskan dengan pasti di universitas mana dia mengenyam pendidikan.

Hingga Rabu (24/4/2019), pemerintah menerapkan jam malam. Mulai pukul 22.00 hingga 04.00. Jam malam itu diberlakukan sejak hari H serangan. Situasi memang belum sepenuhnya aman. Sebab, polisi masih menemukan beberapa bahan peledak. Penangkapan pelaku juga terus dilakukan.(sha/c14/sof)

Sumber: JPNN.com
Editor: Fopin A Sinaga









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook