DAMASKUS (RIAUPOS.CO) – Upaya sejumlah pihak, terutama Rusia dan Amerika Serikat untuk memberlakukan gencatan senjata di Suriah yang terus bertikai dalam lima tahun terakhir, mulai menampakkan titik terang.
Setelah sebelumnya dua negara besar yang menjadi pendukung kedua kubu yang bertikai di Suriah itu sudah terlebih dahulu sepakat, kini giliran pemerintah dan gabungan kelompok oposisi utama di Suriah menyatakan menerima kondisi dalam kesepakatan untuk menghentikan kekerasan mulai Sabtu, 27 Februari mendatang.
Damaskus mengatakan akan menghentikan ’operasi tempur’ sejalan dengan rencana gencatan senjata yang diumumkan Amerika Serikat dan Rusia.
Guna mencapai hal tersebut, pemerintah akan bekerja sama dengan Rusia untuk menentukan wilayah-wilayah dan kelompok bersenjata yang masuk dalam gencatan senjata.
Namun kelompok oposisi mengatakan penerimaan mereka atas gencatan senjata tergantung pada penghentian pengepungan dan serangan udara atas warga sipil.
Kesepakatan untuk menghentikan kekerasan ini tidak mencakup dua kelompok jihadis utama di Suriah, yaitu kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS dan Barisan al-Nusra, yang memiliki kaitan tengan al-Qaida.
Kantor berita pemerintah Suriah, Sanaa, melaporkan pertarungan akan diteruskan untuk menghadapi ISIS dan al-Nusra serta kelompok teroris lain yang memiliki kaitan dengan mereka.
PBB sudah mengakui bahwa penerapan gencatan senjata di lapangan sebagai sebuah tantangan.
Diperkirakan sudah lebih dari 250.000 orang tewas dalam konflik di Suriah sejak awal 2011 lalu sementara 11 juta orang mengungsi, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.(*)
Sumber: BBC
Editor: Amzar