KANADA (RIAUPOS.CO) - Hasil penghitungan awal menunjukkan bahwa Partai Liberal yang digawangi Justin Trudeau akan menang dalam pemilu legislatif kali ini.
Justin Trudeau bakal menjabat Perdana Menteri (PM) untuk periode ketiga. Sayangnya, keinginan Trudeau untuk bisa meraih kemenangan telak gagal tercapai.
Liberal diprediksi mendapatkan sekitar 158 kursi. Padahal, agar bisa memiliki suara mayoritas di parlemen, dibutuhkan 170 kursi. Partai Konservatif yang dipimpin Erin O’Toole memperoleh 122 kursi. Hasil awal ini hampir serupa dengan Pemilu 2019. Sebagian besar petahana juga terpilih sekali lagi.
”Anda telah memilih pemerintahan yang akan berjuang dan melayani Anda,” janji manis Trudeau dalam pidato menjelang pengumuman kemenangannya.
Trudeau memaksa mempercepat pemilu di tengah gelombang keempat penularan Covid-19 demi bisa mendapatkan mandat suara mayoritas. Konsekuensinya adalah pemilu termahal dalam sejarah Kanada. Sebab, banyak langkah pencegahan yang diambil agar tidak muncul klaster penularan baru. Biaya yang dihabiskan sekitar dolar Canada 600 juta atau setara dengan Rp6,7 triliun.
Sebelum pemilu diselenggarakan, banyak yang menentang. Yang pertama jelas karena pandemi masih merebak. Alasan kedua adalah pemilu sebelumnya baru berlangsung dua tahun lalu. Namun, Trudeau bersikukuh dan menegaskan bahwa pemilu ini adalah hal penting setelah Perang Dunia Kedua.
Namun, dengan buget tinggi itu, Trudeau tetap tidak mendapatkan yang diinginkan. Dengan hasil yang tidak jauh berbeda dengan pemilu sebelumnya, mau tak mau dia bekerja sama dengan oposisi untuk meloloskan legislasi.
”Pada akhirnya, pemilihan ini sia-sia,” ujar profesor politik di University of Winnipeg Felix Mathieu seperti dikutip Agence France-Presse.
Kritik senada dilontarkan O’Toole. Dia menjelaskan bahwa sebelumnya Trudeau mengkritik parlemen yang ada tidak bisa dijalankan sehingga pemilu harus diadakan lagi. Namun, yang didapatkan hanya biaya pemilu yang besar dan perpecahan yang kian memburuk.
Sumber: Jawapos.com
Editor : Erwan Sani