KUALA LUMPUR (RIAUPOS.CO) – Jelang pemilu di enam negara bagian pada Juli mendatang, pemerintah Malaysia membuat kebijakan baru. Mulai biaya kuliah gratis, program sarjana yang dipersingkat menjadi 3 tahun, hingga pembelajaran hybrid. Sasaran progam itu adalah para pelajar.
Kaum muda berusia 18–21 tahun merupakan demografi utama setelah diberi hak memilih pada 2022. Jumlahnya berkisar 6 juta dari total daftar pemilih sekitar 21 juta. Karena itu, jika berhasil merebut hati para pemilih pemula, kemenangan pemilu berada di depan mata.
The Straits Times mengungkapkan, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim memberlakukan lagi pemberian beasiswa oleh Departemen Layanan Publik (JPA) untuk mahasiswa kedokteran, kedokteran gigi, dan farmasi. Padahal, baru-baru ini program tersebut dihentikan. Tunjangan beasiswa juga dinaikkan mulai Juli. Total 43.595 orang mendapat beasiswa dengan alokasi anggaran mencapai MYR 52,03 juta (Rp168,5 miliar), terhitung Juli sampai Desember.
’’Pendidikan tinggi harus gratis untuk semua orang Malaysia, kecuali orang kaya,’’ ujar Anwar saat berpidato di Universiti Kebangsaan Malaysia di Bangi.
Pemerintah juga membebaskan biaya kuliah untuk 10 ribu mahasiswa kurang mampu di 20 universitas negeri. Kementerian pendidikan mengidentifikasi, kemiskinan menjadi salah satu penyebab siswa putus sekolah.
’’Kita bisa melihat banyak insentif yang diumumkan Anwar untuk mahasiswa. Ini memberikan momentum dukungan untuk Anwar dan pemerintah koalisi persatuan di kalangan mahasiswa,’’ kata Dr Mazlan Ali, dosen senior di Fakultas Teknologi dan Informatika Razak Universiti Teknologi Malaysia.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman