Hubungan India dengan tetangganya, Cina, memanas setelah kabar baku hantam berdarah di Lembah Galwan awal pekan ini. Kedua negara dengan populasi supertinggi itu tak mau mengalah. Banyak faktor yang membuat jalan damai semakin sulit dicari.
(RIAUPOS.CO) - PERDANA Menteri India Narendra Modi melakukan langkah yang mengejutkan Jumat (19/6) lalu. Dia memanggil pihak oposisi untuk membahas tindakan pemerintah India soal penanganan kasus terbunuhnya 20 tentara India oleh pasukan Cina. Setelah rapat tersebut, nada Modi makin keras.
’’Seluruh bangsa India terluka dan marah karena tindakan Cina. Saat ini, saya memberikan kewenangan penuh kepada angkatan bersenjata untuk mempertahankan kedaulatan negara,’’ ungkapnya seperti yang dilansir Agence France-Presse.
Semakin hari, kemarahan rakyat India makin tersulut. Detail cerita dari kubu India semakin berkembang dan mengerikan. Kisah terbaru, India menyatakan bahwa Tiongkok sengaja menjebak tentara India dalam rencana pembantaian.
Pada 13 Juni, kedua militer sebenarnya setuju untuk mengosongkan wilayah Lembah Galwan dan Danau Pangong dalam radius 2 kilometer. Namun, Cina justru memasang tenda di wilayah tersebut. Pada akhirnya, pasukan yang dipimpin Kolonel Santosh Babu membongkar tenda dan meminta mundur pasukan tersebut.
Babu dan anak buahnya malah disergap tentara Cina. Bahkan, pasukan People’s Liberation Army dikatakan sengaja menyumbat aliran sungai sebelum insiden tersebut. Saat perselisihan terjadi, baru mereka mencabut sumbatan dan menghanyutkan pasukan India.
Tudingan itu dikuatkan bukti foto satelit dari Planet Labs. Beberapa hari sebelum pertengkaran, tentara Cina memang terbukti membuat dam di sungai. ’’Dalam foto satelit, terbukti bahwa tentara Cina berkali-kali menyeberang ke wilayah India untuk melakukan patroli rutin,’’ tulis Australian Strategic Policy Institute.
Warga India pun mulai menyuarakan wacana pelarangan barang Cina. Penyelenggara Indian Premier League, liga kriket terbesar di dunia, menyatakan harus mengevaluasi kontrak sponsor dari Vivo, produsen ponsel Cina, karena desakan tersebut.
Sementara itu, Cina juga bergeming. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian mengklaim bahwa Lembah Galwan merupakan wilayah mereka. India-lah yang mencari gara-gara dengan melintasi perbatasan. ’’Berdasar sejarah, Cina punya jurisdiksi atas area tersebut,’’ ungkap Zhang Yongpan, peneliti dari Institute of Chinese Borderland Studies, kepada Global Times.
Dua negara itu memang punya kepentingan di wilayah pegunungan tersebut. India sejak tahun lalu ingin mentransformasi wilayah tersebut karena perseteruan panjang dengan Pakistan.
Sejak aksi terorisme yang menewaskan 40 tentara di Pulwama, rezim Modi akhirnya menjadikan wilayah timur Kashmir sebagai wilayah Ladakh yang diatur langsung oleh New Delhi. Namun, langkah tersebut jelas mengganggu rencana Cina. Pasalnya, jalur perdagangan Cina dengan Pakistan melewati wilayah yang sedang dikembangkan India.
Pakistan merupakan bagian vital dari proyek jalur sutra Cina. Mereka mempunyai program Cina–Pakistan Economic Corridor (CPEC) yang bakal jadi akses dagang utama Cina ke Asia Tengah. ’’Saya percaya Cina terganggu dengan jalan yang baru dibangun India ke Karakoram Pass. Sebab, di sanalah akses perdagangan Cina-Pakistan,’’ kata Michael Kugelman, Wakil Direktur Asia Program dari The Wilson Center, kepada Al Jazeera.
Perselisihan tersebut bisa semakin rumit jika AS ikut turun tangan. Hubungan antara Modi dan Trump semakin erat beberapa bulan terakhir. Sementara itu, AS dan Cina sedang melalui perang dagang yang berkepanjangan. India bisa saja meminta bantuan AS untuk menakuti Cina.(*/c7/dos/das)
Laporan Mochamad Salsabyl Adn, Jakarta