Hamas-Fatah Bersatu

Internasional | Selasa, 20 November 2012 - 10:31 WIB

GAZA (RP) - Korban warga sipil terbunuh terus berjatuhan akibat bombardir pesawat tempur Israel ke Jalur Gaza, Senin (19/11). Sepanjang hari kemarin, tercatat 31 tewas dan 11 di antaranya merupakan satu keluarga.

Secara keseluruhan, 92 tewas akibat gempuran 1.350 misil yang ditembakkan Israel sejak Rabu (14/11) lalu. Sementara, jalan untuk menuju gencatan senjata semakin sulit, meski dunia internasional mengecam serangan negeri zionis itu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pemandangan mengerikan juga tersaji di bagian lain Gaza City. Sebuah rumah dua lantai rata dengan tanah setelah diterjang roket Israel, mengakibatkan empat orang meninggal dan 42 lainnya terluka. ‘’Dua di antaranya adalah anak-anak,’’ kata Ashraf al-Kidra, seorang pejabat Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, kepada BBC.  

Gempuran 1.350 misil yang ditembakkan Israel sejak Rabu (14/11) lalu juga menimbulkan ancaman kelaparan dan kekurangan air bersih. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, ada ratusan ribu anak-anak yang kini terjebak di tengah kondisi tanpa listrik dan minimnya bahan makanan serta air bersih.

Sebanyak 25 sekolah, dua klinik kesehatan, dan sebuah rumah sakit juga rusak karena serangan Israel. Praktis hanya Rumah Sakit al-Shifa di Gaza City yang menjadi andalan warga setempat.

Sementara itu, sebanyak 550 aktivis Mesir kemarin menempuh risiko menuju Gaza melalui Rafah. Seperti dilaporkan Al Ahram, para peserta aksi yang dimaksudkan sebagai bentuk solidaritas kepada Gaza itu diangkut dengan delapan bus dan beberapa kendaraan kecil.

Di Gaza, mereka langsung menuju Al-Shifa, pusat pertolongan kesehatan bagi para warga Gaza yang terkena dampak serangan Israel. ‘’Kami ingin dunia bersatu mencegah pembantaian terhadap para warga sipil tidak bersenjata,’’ ujar Mahmoud Ali, salah seorang peserta aksi, kepada kantor berita Mesir MENA.

Yang juga membesarkan hati warga Palestina, Hamas dan Fatah, dua faksi Palestina terbesar yang selama ini bermusuhan, sepakat untuk mengakhiri perseteruan. Kesepakatan itu dicapai di Ramallah, Tepi Barat, dan didasari pada kegeraman atas kekejian yang dilakukan Israel selama lima hari ini di Gaza.

‘’Mulai sekarang kami umumkan bahwa kami (Fatah dan Hamas, red) telah mengakhiri perselisihan,’’ ujar petinggi Fatah Jibril Rajoub di hadapan 1.000 demonstran Palestina yang memprotes pembantaian di Gaza, seperti dikutip AFP.

Dari Hamas, yang hadir adalah para petingginya yang berkedudukan di Tepi Barat, wilayah tempat Pemerintahan Otoritas Palestina yang dikuasai Fatah bercokol. Juga turut menyaksikan dan menyepakati wakil dari kelompok radikal Palestina, Jihad Islam.  

‘’Siapa pun yang bicara soal perselisihan hari ini adalah penjahat,’’ kata Mahmoud al-Ramahi, salah seorang petinggi Hamas.  Pengumuman bersatunya Fatah dan Hamas itu langsung disambut gemuruh para demonstran. ‘’Bersatu, bersatu,’’ teriak mereka. ‘’Tembak Tel Aviv, tembak Tel Aviv.’’

Pada April 2011, sebenarnya Fatah dan Hamas sudah sepakat berdamai. Tetapi, kesepakatan itu akhirnya berantakan saat keduanya bertengkar mengenai format kabinet karteker.(c1/ttg/wan/jpnn/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook