KONFLIK DENGAN PALESTINA

Ini yang Dilakukan Israel karena Cemas Tingkat Tinggi

Internasional | Selasa, 20 Oktober 2015 - 01:30 WIB

Ini yang Dilakukan Israel karena Cemas Tingkat Tinggi
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

JERUSALEM (RIAUPOS,CO) - Pemerintah Israel mengeluarkan aturan-aturan baru untuk meminimalkan kasus penusukan yang dilakukan penduduk Palestina. Sejak Ahad (18/10/2015), mereka melarang penduduknya yang berdarah Arab mengajar di sekolah-sekolah. Petugas kebersihan dan pekerja Arab lainnya juga dilarang mendekati sekolah. Setidaknya, ada empat kota di Israel yang menerapkan kebijakan tersebut. Salah satunya Tel Aviv. Pemerintah berdalih bahwa itu dilakukan untuk menenangkan penduduk.

Kebijakan baru tersebut langsung dikecam partai-partai yang didominasi minoritas Arab di Israel. Mereka menuding kebijakan itu rasis. Padahal, tidak semua warga Arab Israel mendukung penusukan terhadap warga Yahudi. Pemerintah Israel sebelumnya menjaga ketat permukiman yang didominasi penduduk Arab.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

"’Dengan alasan kecemasan, langkah-langkah berbahaya yang berbau rasis kian meningkat,’’ ujar legislator dari koalisi Joint Arab List Dov Khenin. Kementerian Dalam Negeri Israel menolak berkomentar soal itu.

Karena tingginya kecemasan, pemerintah Israel juga memperketat pengamanan. Mereka memberikan wewenang lebih kepada pihak kepolisian untuk memeriksa dan menggeledah siapa pun di jalanan yang dianggap dicurigai. Tentu penggeledahan dilakukan pada orang-orang yang memiliki wajah Arab. Pemeriksaan kian ketat untuk memasuki area Jerusalem Kuno.

Konflik antara Israel dan Palestina yang memanas dipicu Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang memasuki Masjidil Aqsa di area Jerusalem Kuno dan melakukan perusakan saat bentrok dengan pemuda Palestina.

’’Kami mempertahankan status quo dan kami terus melakukannya,’’ ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengacu pada area di Jerusalem Kuno.

Meski Israel memperketat pengamanan, ternyata hal tersebut tidak menghentikan semangat pemuda Palestina untuk memberontak. Lima kasus penusukan terjadi sepanjang Sabtu (17/10/2015). Empat pelaku ditembak mati dan seorang lainnya terluka parah. Sejak 1 Oktober, ada 41 penduduk Palestina dan 7 warga Israel yang tewas seiring dengan ketegangan kedua pihak.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry menyatakan akan bertemu dengan Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas minggu ini untuk membahas konflik di Jerusalem. Pertemuan akan dilangsungkan secara terpisah. Kerry bakal bertemu Netanyahu di Jerman, baru kemudian berbicara dengan Abbas dan Raja Jordania Abdullah. Lokasi pertemuan dengan Abbas belum ditentukan.

Di tempat terpisah, Paus Fransiskus kemarin meminta agar kekerasan di Jerusalem dihentikan. Paus meminta pemerintah Israel maupun Palestina mengambil langkah-langkah yang konkret untuk menurunkan ketegangan. ’’Pada saat ini, dibutuhkan banyak keberanian dan ketabahan untuk mengatakan tidak terhadap kebencian dan dendam serta membuat gerakan perdamaian,’’ ujar Fransiskus.(reuters/ap/afp/sha/c23/tia)

Laporan: JPG

Editor: Fopin A Sinaga









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook