PARIS (RP) - Pemerintah Prancis mengumumkan akan menutup kedutaan, sekolah dan pusat kebudayaan prancis di 20 negara, Jumat (21/9). Ini sebagai bentuk antisipasi atas tindakan majalah mingguan Charlie Hebdo mempublikasikan kartun Nabi Muhammad.
Pihak Prancis khawatir pemunculan ulang kartun Nabi di majalah tersebut dapat memicu protes, seperti protes berdarah yang terjadi di sejumlah negara Muslim atas film Innocence of Muslims yang disebut menistakan Nabi.
Kantor berita BBC, Rabu (19/9), mengabarkan, pemilihan hari Jumat sebagai waktu penutupan kedutaan Prancis tersebut untuk mengantisipasi protes dan unjukrasa yang mungkin terjadi usai shalat Jumat nanti.
Bahkan di Tunisia penutupan sudah akan dilakukan Kamis sore hingga Senin pagi. Sementara kedutaan Prancis di Jakarta akan ditutup Jumat ini.
Seperti dilansir kantor Berita Reuters, Rabu, dalam edisi kali ini Charlie Hebdo mereproduksi ulang gambar kartun Nabi, yang mengenakan kursi roda yang didorong oleh seorang Yahudi ortodoks berjudul Intouchables 2 (Tak Tersentuh) dengan sebuah tulisan dalam bahasa Prancis ‘‘Faut pas se moquer’’ yang kurang lebih artinya ‘’anda tidak harus mengejek".
Di halaman lainnya sejumlah kartun lainnya menggambarkan nabi dalam pose tanpa busana. Salah satunya memparodikan pose Kate Middleton yang dipublikasikan setengah bugil di majalah Prancis, Closer.
Dalam foto tersebut tertulis keterangan gambar "Kerusuhan di negara-negara Arab setelah foto Nyonya Mohammad diterbitkan."
Meski menuai kecaman Editor majalah tersebut Stephane "Charb" Charbonnier, lagi-lagi berdalih ini merupakan bagian dari kebebasan berekspresi yang dilindungi oleh konstitusi Prancis.
Menurutnya tidak ada paksaan untuk siapa saja membaca atau melihat majalahnya. Maka, tambahnya siapa yang akan tersinggung atau terkejut oleh
karikatur tersebut adalah mereka yang mau terkejut saja.
‘’Apakah kebebasan pers itu merupakan sebuah provokasi?’’ ujar Charb, seperti dikutip BBC.
‘’Saya tidak meminta umat Islam yang taat untuk membaca Charlie Hebdo, sama seperti saya tidak akan pergi ke masjid untuk mendengarkan ceramah yang bertentangan dengan segala sesuatu yang saya percaya," tambahnya.
Majalah ini memang tidak berhenti mempublikasikan gambar-gambar yang membuat umat Muslim tersinggung. November lalu kantor majalah ini di Paris sempat dilempari bom molotov setelah memuat kartun sejenis.
‘’Ini adalah provokasi, tercela dan kebencian tidak berguna dan bodoh,’’ ujar Dalil Boubakeur, rektor Masjid Raya Paris, kepada Associated Press.
Namun Dalil, meminta warga Muslim untuk tidak mudah terpancing oleh provokasi murahan yang dilancarkan Charlie Hebdo. ‘’Kami tidak seperti hewan Pavlov bereaksi pada setiap penghinaan,’’ tambahnya.
Menteri luar negeri Prancis Laurent Fabius sendiri mengkritik langkah majalah ini sebagai bentuk provokasi. ‘’Kami melihat apa yang terjadi (protes video penistaan Nabi) di Libya minggu lalu dan negara lainnya termasuk di Afghanistan,’’ ujarnya seperti dikutip Reuters.
Namun Prancis tidak bisa menindak kasus seperti ini mengingat undang-undang di negara ini menjamin kebebasan berekspresi. Tapi bagai pisau bermata ganda, aparat keamanan Prancis kini disiagakan untuk menjaga objek-objek yang mungkin menjadi sasaran protes termasuk kantor majalah itu.
Pemerintah Prancis juga mencemaskan keselamatan warga dan porperti mereka di negara-negara Muslim dari ancaman protes. (zul/jpnn)