BRASILLIA (RP) - Aksi demonstrasi memprotes buruknya pelayanan umum di Brazil belum menunjukkan tanda-tanda surut. Demo bahkan kian besar. Pemerintah menyatakan akan bertindak lebih represif dengan menurunkan personel militer ke lima kota besar yang sedang berkecamuk.
Tentara nasional akan dikirim ke Rio de Janeiro, Belo Horizonte, Salvador, Fortaleza, dan ibu kota, Brazilia. Kelima kota tersebut sedang menjadi tuan rumah perhelatan Piala Konfederasi. Keputusan itu diumumkan setelah polisi antihuru-hara kembali terlibat bentrok dengan demonstran di Sao Paulo Selasa malam (18/6).
Kementerian Kehakiman Brazil menyatakan, hanya Recife, satu-satunya kota tuan rumah Piala Konfederasi, yang tidak mengajukan permohonan penambahan personel dari Pasukan Nasional Pengamanan Publik (FNSP). Seorang sumber di kementerian tersebut mengungkapkan, pemerintah lokal akan memutuskan berapa lama mereka membutuhkan bantuan personel militer.
Pertokoan dan bank di kota terbesar Brazil, Sao Paulo, dirusak gerombolan orang bertopeng. Mereka bahkan terlibat perkelahian dengan demonstran lain yang mencoba menghentikan aksinya.
Presiden Brazil Dilma Roussef memilih tidak berkonfrontasi dengan demonstran. Dia malah menyatakan bangga dengan rakyatnya yang berjuang demi negerinya yang lebih baik.
Demonstrasi berhias bentrok tersebut dimulai dari aksi damai sejumlah aktivis yang menolak kenaikan tiket bus di Sao Paulo pada 2 Juni. Aksi itu meluas, baik dari sisi isu yang diusung maupun persebaran kekerasan. Massa kini memprotes parahnya tingkat korupsi, buruknya pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta mahalnya biaya hidup.
Demonstrasi tersebut merupakan yang terbesar sejak 1992. Ketika itu, orang-orang memenuhi jalanan kota-kota di Brazil untuk menuntut lengsernya mantan Presiden Fernando Collor de Mello.
Menyikapi demo, setidaknya empat kota sudah membatalkan kenaikan harga tiket bus itu. Politisi lokal dan pusat pun sudah mengindikasikan revisi kebijakan serupa di Sao Paulo. Tapi, keputusan tersebut tidak mampu meredam kemarahan demonstran. Sebab, protes sudah menjalar ke isu lain, yakni ketidakpuasan rakyat terhadap pelayanan publik.
Selasa malam (18/6) di Sao Paulo, sekitar 50 ribu orang menggelar aksi di depan katedral utama kota itu. Meski secara umum berjalan damai, ada sebagian kelompok pemuda yang terlibat bentrok dengan polisi dilaporkan merusak sejumlah properti di kota terbesar dan menjarah isi toko di Brazil tersebut.
Demonstran juga menduduki halaman kantor Wali Kora Sao Paulo Fernando Haddad pada hari itu. Polisi mengevakuasi staf di kantor wali kota setelah sejumlah pemuda berhasil mendobrak pintu utama balai kota dan masuk ke dalam kompleks perkantoran.
Haddas sendiri menyatakan siap membahas pembatalan kenaikan harga tiket bus. Namun, dilema dihadapi pihak pemerintah untuk menghadapi kemarahan demonstran yang mengusung berbagai isu lainnya dan didukung media sosial. (AP/cak/c17/dos)