PENGEJARAN terhadap pelaku bom boston, membuat kota Boston yang semula dikenal sebagai kota tenang di pinggir Amerika Serikat, mendadak berubah layaknya medan perang. Setelah dikejutkan dengan dua ledakan di garis finis Boston Marathon yang menewaskan 3 orang dan melukai 176 orang lainnya, dalam beberapa jam kemudian terjadi penembakan brutal di salah satu kampus ternama tak jauh dari lokasi pertama.
Mengetahui yang dihadapi adalah dua pelaku bersenjata berbahaya, kepolisian Boston dibantu FBI dan garda nasional yang dikonfirmasi The Sun, berjumlah sepuluh ribu personil melakukan pengepungan kota Boston. Kota berpenduduk lebih kurang 380.000 jiwa mendadak jadi kota mati, karena seluruh penduduk diminta untuk tetap tinggal di rumah mereka. Aparat bersenjata lengkap pun melakukan penyisiran dari rumah ke rumah warga.
Pengepungan ini membawa hasil. Hanya beberapa jam setelah polisi memposting foto dan video, kedua pelaku yang diidentifikasi dua bersaudara keturunan Chechnya, Dzhokhar Tsarnaev (19) dan Tamerlan Tsarnaev (26), panik dan terdesak. Mereka menyandera seorang pengemudi mobil SUV, setelah membunuh polisi Sean Collier, 26, polisi yang sedang berpatroli di Massachusetts Institute of Technology.
Baku tembak pun tak terhindarkan. Tidak hanya bersenjata lengkap, kedua pelaku juga melancarkan serangan pada petugas dengan menggunakan peledak. Satu pelaku berhasil ditembak mati, diidentifikasi sebagai Tamerlan Tsarnaev (26).
Namun pelaku kedua, Dzhokhar Tsarnaev (19) berhasil melarikan diri dengan menggunakan mobil dan menembus brigade polisi. Setelah pengejaran dan pengepungan berjam-jam, pelaku berhasil ditangkap hidup-hidup ketika bersembunyi di perahu di salah satu rumah warga.
"Kami telah berhasil menangkapnya. Kami percaya mereka ini adalah teroris," ujar Komisaris polisi Boston, Ed Davis.(afz/jpnn)