MILAN (RIAUPOS.CO) - Italia benar-benar mengalami gelombang kedua penularan virus corona jenis baru atau COVID-19. Bagaimana tidak, saat China yang merupakan awal virus bermula, kasus di sana mulai turun dan jumlah pasien yang sembuh meningkat, Italia justru melaporkan sebaliknya. Italia bahkan telah melewati China terkait kasus kematian akibat virus corona.
Korban meninggal di Italia mencapai 3.405 pada Jumat (20/3) setelah mencatat 427 kematian baru. Sedangkan China, secara resmi melaporkan ada 3.248 kematian per Jumat (20/3) sejak kasus itu pertama muncul pada akhir tahun lalu.
Pada Kamis (19/3), Badan Perlindungan Sipil Italia mengatakan pada konferensi pers bahwa jumlah kasus di negara itu meningkat menjadi 41.035 kasus positif, yang meliputi 5.322 kasus baru. Jumlah kasus COVID-19 baru itu ternyata diprediksi belum mencapai puncaknya di Italia meskipun lockdown sudah dilakukan.
Terlihat tuk-truk tentara mengirim peti mati baru pada Kamis (19/3) ke sebuah pemakaman di kota Bergamo utara Italia. Pemakaman berlangsung 30 menit terpisah untuk menghindari penularan melalui kerumunan. Petugas pemakaman juga memakai baju khusus.
Kantor berita Italia ANSA mengatakan, kematian dua dokter juga terjadi di kota terdekat Como di barat Bergamo pada Kamis (19/3). Artinya menjadikan jumlah tenaga medis yang meninggal akibat penyakit baru itu menjadi 13 orang.
Perdana Menteri Giuseppe Conte mengatakan kepada warga Italia agar tak meremehkan dan tetap patuh. “Kami tidak meremehkan apa pun dan selalu bertindak berdasarkan skenario terburuk,” katanya seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat (20/3).
Beberapa tindakan ketat Conte diambil seperti penutupan semua toko kecuali toko kelontong dan apotek. Kebijakan itu sebagai upaya menekan jumlah kasus. “Jika larangan kita tidak dihormati, kita harus bertindak,” jelasnya
Sekolah dan kampus masih ditutup. Dan, semua pelajar serta pegawai bekerja dari rumah selama beberapa pekan atau bulan ke depan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman