KABUL (RP) - Kaum pekerja asing (ekspatriat) di ibukota Afganistan, Kabul, kembali menjadi sasaran bom bunuh diri.
Aksi kali ini disebut sebagai pembalasan atas publikasi film anti Islam yang dibuat oleh warga AS, Innocence of Muslims.
Diberitakan al-Jazeera, pengeboman terjadi pada Selasa (18/9) pukul 6.30 pagi terhadap sebuah minivan di jalan tol menuju bandara di Kabul.
Sebanyak 12 orang tewas dalam insiden tersebut, delapan di antaranya adalah warga asing yang bekerja pada sebuah perusahaan pengangkut internasional.
‘’Ada bom bunuh diri di samping sebuah minivan yang membawa warga asing. Banyak korban tewas,’’ kata kepala polisi Kabul, Mohammad Ayoub Salangi.
Tidak disebutkan nama perusahaan dan dari negara mana para expatriat berasal. Selain expat, penerjemah dari Afganistan juga meregang nyawa dalam insiden tersebut.
Peristiwa ini dikonfirmasi oleh pasukan gabungan NATO di Afganistan. Pihak NATO mengatakan, tidak ada tentara mereka yang menjadi korban.
Kelompok militan Hezb-i-Islami mengaku bertanggungjawab dalam penyerangan tersebut. Menurut kelompok ini, serangan bunuh diri dilakukan seorang wanita untuk membalas dendam atas penayangan film yang menghina Islam.
Rusia Cegah Penyebaran Film
Pemerintah Rusia memerintahkan para penyedia layanan internet di negara tersebut untuk mencegah penyebaran film penista Islam. Menurut pemerintah Rusia, film tersebut adalah bentuk ekstremisme anti Islam.
Menurut pernyataan Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Selasa (18/9), keputusan pemerintah ini diambil setelah Kejaksaan Agung Federasi Rusia melakukan pemeriksaan terhadap film berjudul Innocence of Muslims tersebut.
Hasilnya, Kejaksaan Rusia menyatakan bahwa film itu adalah bentuk ekstremisme dan dilarang peredarannya.
Selanjutnya, Kejagung Rusia menugaskan Badan Federal untuk Pengawasan di Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi dan Komunikasi Massa (ROSKOMNADZOR) mengambil langkah pencegahan penyebarluasan film tersebut.
Hasilnya, ROSKOMNADZOR memerintahkan operator telekomunikasi memblokir akses pengguna internet ke situs penayang film tersebut.
Selain itu, pemerintah Rusia juga memerintahkan redaksi media massa dan cetak di negara tersebut untuk tidak memasang tautan ke alamat situs-situs penayang film tersebut. Selain itu, media massa juga diwajibkan untuk tidak menyebarluaskan film itu kepada para pembacanya.
‘’Akibat penayangan film ini, banyak orang tidak berdosa yang tewas. Film ini tidak lebih dari pornografi satire yang bertujuan untuk memprovokasi dunia Islam. Karena itu perlu dilakukan pelarangan publikasi,’’ kata wakil ketua Dewan Federasi Rusia, Ilyas Umakhanov, dikutip dari Russia Times.
Gelombang protes sebelumnya terjadi di sekitar 20 negara dalam sepekan terakhir.
Hizbullah Pimpin Protes Anti AS
Protes anti Amerika terkait film penista Islam masih terus berlanjut di berbagai negara. Di Lebanon, protes diikuti oleh puluhan ribu orang dan dipimpin langsung oleh pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah.
Diberitakan Reuters, Senin (17/9), ini adalah kemunculan langka pemimpin Hizbullah tersebut di muka umum. Semenjak perang dari Israel tahun 2006 lalu, Nasrallah jarang muncul ke publik.
Dikelilingi oleh para pengawal bersenjata, di hadapan puluhan ribu pendukungnya di Beirut, Nasrallah menyerukan pemerintah Lebanon untuk memblokir akses menuju situs yang menayangkan film Innocence of Muslims di internet.(viv/int/izl)