KAIRO (RIAUPOS.CO) - Tanggal 14 dan 15 Januari 2014 lalu menjadi momentum penting bagi Mesir. Selama dua hari tersebut, jutaan masyarakat Negeri Piramida ikut menentukan masa depan bangsanya. Yakni, meratifikasi konstitusi baru yang bakal menjadi pedoman bagi pemerintahan anyar pasca lengsernya Muhammad Mursi dari kursi presiden.
Aksi boikot dan kekerasan mewarnai referendum konstitusi yang merupakan referendum keenam sejak hengkangnya Hosni Mubarak dari puncak kekuasaan itu. Bahkan, bentrok masih tetap terjadi setelah pemungutan suara selama dua hari tersebut berakhir. Jumat lalu (17/1) satu orang tewas dalam bentrok aparat dan massa Ikhwanul Muslimin di Kota Fayoum yang berada di sebelah barat daya Kota Kairo.
Ikhwanul Muslimin yang menjadi motor penggerak aksi oposisi sejak awal pekan lalu menolak hasil referendum. Ya, sesuai dengan prediksi, sebagian besar pemilih memberikan dukungan mereka terhadap pemerintahan interim untuk menerapkan konstitusi baru. Selain konstitusi baru, referendum sukses melahirkan kandidat presiden anyar bagi Mesir.
Jenderal Abdel Fattah el-Sissi yang kini menjabat sebagai menteri pertahanan Mesir mantap mengajukan diri sebagai kandidat presiden dalam pemilihan mendatang. Informasi itu berembus dari orang-orang dekat tokoh 59 tahun yang punya peranan penting dalam tubuh militer tersebut. Referendum Selasa dan Rabu lalu, sejatinya, memang menjadi tes popularitas bagi Sissi.
Konstitusi baru memang identik dengan Sissi. Apalagi, sebagian besar di antara 50 tokoh penyusun konstitusi baru adalah kroni jenderal asli Kairo tersebut. “Tampaknya, kekuatan Sissi berasal dari kemampuannya menanamkan optimisme, keceriaan, dan kebanggaan dalam diri masyarakat Mesir. Siapa pun yang berada pada kubu oposisi harus menerima fakta ini,” papar Adel Iskandar, pakar tentang Arab.
Dalam ulasannya tentang Sissi, Iskandar yang juga mengajar pada Georgetown University itu menyatakan bahwa masyarakat Mesir yang memilih “ya” dalam referendum sebenarnya sedang mendeklarasikan dukungannya pada sang jenderal. Ironisnya, Mursilah yang menjadikan Sissi bintang saat menunjuk dia sebagai menteri pertahanan. Begitu moncer dalam pemerintahan, Sissi kemudian menjegal Mursi.
Bagi masyarakat Mesir, sebenarnya, Sissi masih menjadi misteri. Tidak banyak yang terungkap dari kehidupannya selama ini. Sebagian besar rakyat hanya mengenal dirinya sebagai petinggi Angkatan Darat (AD). Kiprahnya dalam dunia militer Mesir tidak banyak diketahui. Lebih-lebih, kehidupan pribadinya sebagai seorang suami dan bapak empat anak.
Kendati demikian, masyarakat Mesir yang sudah muak dengan kisruh politik dalam negeri memandang Sissi sebagai oase. Mereka, terutama kaum perempuan, merasa menemukan harapan baru dalam diri sang jenderal. “El-Sissi presidenku,” bunyi salah satu poster di tempat pemungutan suara (TPS) Kairo saat perhelatan referendum awal pekan ini.
Pesona Sissi memang sukses membius perempuan-perempuan Mesir. Buktinya, kaum hawa mendominasi antrean pemilih dalam referendum lalu. Dan, hasilnya, referendum pun berpihak kepada Sissi. ‘’Seluruh perempuan Mesir mendengarkan kata-kata Sissi. Saat dia meminta kami berpartisipasi dalam referendum, kami pun mematuhinya. Apa pun yang dia perintahkan akan kami ikuti,” kata seorang perempuan Kairo.(hep/c16/tia/jpnn)