KUALA LUMPUR (RP)- Gara-gara penampilannya yang sederhana dan berani menjadi oposisi, Nurul Izzah, anak tokoh oposisi Anwar Ibarahim, sempat dijuluki ibu Kartini-nya Malaysia pada 1998.
Itu berarti saat dia masih berusia 18 dan baru turun ke panggung politik. Tidak seperti remaja perempuan lain, Nurul memilih ikut berbaris bersama ayahnya menjadi oposisi.
Pada tahun yang sama, Nurul sudah diberi cobaan, yakni saat kali pertama Anwar dituduh melakukan sodomi.
Tapi, kasus tersebut justru membakar spirit Nurul. Dia rela menukar masa remajanya untuk berjuang melawan pemerintah.
‘’Bagi saya, itu bukan kehilangan masa remaja. Tapi, menjadi lebih berguna sejak remaja,’’ tegasnya. Bagi dia, dirinya justru bakal kehilangan masa remaja kalau hanya bersenang-senang.
Perempuan kelahiran 19 November 1980 itu mengaku terinspirasi tokoh oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi. Menurut dia, Suu Kyi adalah sosok yang fenomenal karena bisa berjuang tanpa dukungan penuh keluarga.
Berbeda dari kondisi dirinya saat ini yang sesungguhnya jauh lebih baik daripada Suu Kyi.
Apa pun kondisinya, Nurul tetaplah seorang perempuan. Dia mengakui bahwa hatinya kerap tersayat saat pemerintah kembali mengeluarkan fitnah kepada ayahnya untuk kali kedua.
‘’Alhamdulillah, ibu saya (Wan Azizah Wan Ismail, red) bersabar dan sering memberikan kekuatan,’’ ungkapnya.
Meski mengekor jejak ayahnya, dia mengaku tidak terbebani nama Anwar Ibrahim. Menurut Nurul, yang dia lakukan sekarang atas nama dirinya sendiri. Yang menakar masa depan adalah diri sendiri, bukan ayah.
‘’Saya tak menafikan sejarah. Saya bangga menjadi anak Anwar Ibrahim,’’ tegasnya.
Dunia politik yang diterjuni Nurul bukan tanpa risiko. Meski mengaku tidak pernah diancam secara personal, ada yang mengarahkan ancaman itu kepada anaknya.
Suatu ketika, ada orang yang mengirimkan kabar bakal berbuat tidak pantas kepada anaknya. Belakangan, ancaman itu tak terbukti. ‘’Memang sulit menjadi politikus perempuan,’’ urainya.
Pamor Nurul tidak hanya mencorong di dalam negeri. Banyak penggemarnya di luar Malaysia. Misalnya, di Indonesia. Karena itu, dia sering diundang ke Indonesia untuk mengisi berbagai kegiatan.
Di tengah segudang kegiatan, Nurul berusaha tetap menjadi istri yang taat kepada suami dan keluarga. Dia mengungkapkan, sesibuk apa pun, urusan keluarga harus selesai sehingga restu suami didapat.
‘’Saya benar-benar bernasib baik karena suami mendukung,’’ ucapnya.(ca/jpnn/ila)