Markas AL Diserang, 13 Tewas

Internasional | Rabu, 18 September 2013 - 09:28 WIB

WASHINGTON (RP) - Petugas keamanan dengan dibantu pasukan khusus federal akhirnya bisa menguasai keadaan setelah insiden penembakan di markas Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat di Washington DC Senin sore waktu setempat atau kemarin dini hari WIB.

Sedikitnya 13 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Seorang penembak bisa ditembak mati, namun seorang lainnya hingga malam tadi belum tertangkap.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Wali Kota Washington DC Vincent Gray mengumumkan, pelaku diidentifikasi sebagai Aaron Alexis yang berasal dari Fort Worth, Texas. Alexis (34), tewas saat tembak-menembak dengan aparat keamanan.

Gray menambahkan, belum diketahui motif penembakan itu. Tetapi, dia kemudian menegaskan, ‘’Tidak ada alasan untuk menilai insiden ini sebagai serangan teroris.’’

Kepala Kepolisian Washington DC Cathy Lanier menambahkan, pihak berwenang masih mencari tersangka pelaku kedua. Orang itu digambarkan sebagai laki-laki berkulit hitam yang berusia 40-50 tahun dengan tinggi 155 sentimeter dan berat 80-90 kilogram.

Dia mengenakan pakaian bergaya militer yang berwarna kecokelatan dan membawa senjata ‘’laras panjang’’.

Hingga malam tadi, tepatnya pukul 22.00 WIB atau sekitar pukul 10.00 waktu setempat, suasana tegang masih terlihat di sekitar markas yang terletak di daerah perkantoran dan hunian padat di Navy Yard, Washington DC, itu.

Petugas dari berbagai kesatuan, antara lain tim SWAT, FBI, dan Kepolisian Kota Washington DC, hilir mudik di lokasi, sementara beberapa helikopter terbang di atas daerah tersebut.

Penembakan terjadi pada pukul 08.20 waktu setempat atau Senin (16/9) pukul 20.20 WIB di gedung markas besar Naval Sea System Command. Sekitar 3.000 orang bekerja di kompleks tersebut. Tugas mereka, antara lain, mengawasi pembangunan serta pembelian kapal perang dan sistem tempur.

Di dalam kompleks itu terdapat juga sebuah museum sejarah angkatan laut yang membawa para pengunjungnya kembali ke awal era 1800-an, masa tempat tersebut menjadi pusat pembuatan kapal.

Selain itu, ada kawasan tempat tinggal yang menjadi lokasi rumah jenderal bintang empat AL kepala pusat komando tersebut, Laksamana Jonathan Greenert. Prosedur lockdown atau larangan keluar masuk gedung diberlakukan.

Sersan David Reyes yang ditemui VoA di luar markas tampak bingung. Dia menunggu kabar tentang nasib istrinya yang bekerja di markas AL itu, yang hingga Senin siang belum diizinkan keluar.

‘’Saya berada di sini untuk menunggu istri saya. Dia sedang berada di dalam gedung itu. Dia dilarang meninggalkan gedung tersebut. Semua orang di sana sangat khawatir. Mereka lapar. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di luar, kecuali tempat kerjanya memiliki saluran TV. Istri saya baik-baik saja. Tentu saja dalam kondisi seperti sekarang ini, mereka harus mengikuti prosedur yang berlaku,’’ kata Reyes.

Selain kawasan markas AL Amerika itu, sepuluh sekolah dasar dan menengah yang ada di sekitar lokasi juga diamankan. Tidak ada yang diizinkan meninggalkan atau memasuki lokasi sekolah.

Prosedur yang sama diberlakukan untuk kompleks senat. Bandara Reagan sempat melarang seluruh pesawat lepas dan tinggal landas. Tetapi, kemudian perintah itu dicabut.

Presiden AS Barack Obama yang mendapat penjelasan singkat secara berkala tentang insiden itu Senin sore mengatakan sangat berduka atas terjadinya penembakan masal tersebut serta menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan keluarganya.

Obama menyebut penembakan itu sebagai tindakan pengecut.

‘’Penembakan ini menarget personel militer dan warga sipil Amerika. Mereka bekerja untuk melindungi kita. Mereka adalah patriot dan menyadari bahayanya bekerja di luar negeri. Tetapi, hari ini mereka menghadapi aksi kekerasan yang tidak dibayangkan akan terjadi di Amerika,’’ tutur dia.(c11/kim/jpnn/fia)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook