JOHANNESBURG (RP) - Tidak semua remaja memasuki usia dewasa dengan sukacita. Masyarakat Afrika Selatan, misalnya. Para remaja pria suku Xhosa, Sotho, dan Ndebele harus melewati ritual yang cukup sulit dan bahkan menyakitkan untuk bisa dianggap dewasa. Tak jarang, ritual itu malah merenggut korban jiwa.
Ritual akil balig yang melibatkan puluhan lelaki berusia 13 sampai 21 tahun di Provinsi Mpumalanga selama sepekan terakhir berujung duka. Sebanyak 23 anak laki-laki dan pemuda dari beberapa wilayah yang berbeda tewas saat menjalani ritual inisiasi. Kemarin (17/5) polisi pun terjun ke lokasi-lokasi kejadian untuk melakukan investigasi lebih dalam.
"Karena tragedi itu, kami lantas menangani 22 kasus pembunuhan dan satu kasus kematian," ujar Leonard Hlathi, jubir kepolisian setempat. Kabarnya, seorang di antara 23 korban yang tewas dalam ritual tersebut memang dalam kondisi sakit. Di Afrika Selatan, sunat selalu menjadi puncak inisiasi kedewasaan. Sebelum disunat, para peserta inisiasi harus menjalani serangkaian ujian lebih dulu.
Selama sebulan, para peserta inisiasi harus tinggal di alam terbuka. Lereng pegunungan dan padang rumput dengan semak-semak yang tinggi menjadi dua lokasi ujian paling favorit.
Tidak sekadar bertahan dan bermalam di alam liar, mereka pun harus menjalani uji kedisiplinan dan keberanian. Puncaknya, mereka menjalani ritual sunat sebagai tanda memasuki kedewasaan.
Sebenarnya, bukan baru kali ini saja inisiasi kedewasaan di Afrika Selatan memakan korban. Hampir setiap tahun, selalu ada korban jiwa. Biasanya, penyebab kematian adalah perdarahan atau infeksi. Itu terjadi karena para tetua yang dipercaya melakukan ritual sunat biasanya tidak memiliki latar belakang medis. (AFP/hep/c16/dos)