PELAKU DILATIH DI WILAYAH PENDUDUKAN PALESTINA

Iran Tangkap Para Pembunuh Pakar Nuklirnya

Internasional | Rabu, 18 Januari 2012 - 12:07 WIB

Iran Tangkap Para Pembunuh Pakar Nuklirnya

TEHERAN - Iran tidak ingin membual terkait tudingan mereka bahwa Israel bersama CIA (dinas intelijen AS) dan Barat berada di belakang serangan bom yang menewaskan ilmuwan nuklirnya, Mostafa Ahmadi-Roshan, pekan lalu. Selasa (17/1) sebuah situs berita Iran melaporkan bahwa sejumlah tersangka yang terkait dengan pembunuhan itu telah ditangkap dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan.

Informasi itu berasal dari keterangan Ketua Parlemen Iran Ali Larijani. "Kami telah menemukan bukti-bukti kuat (soal pembunuhan itu) dan menangkap para tersangkanya. Kini mereka diinterogasi secara intensif dan penyelidikan terus berlanjut," papar Larijani dalam wawancara dengan stasiun televisi berbahasa Arab milik pemerintah Iran, Al-Alam, Senin lalu (16/1). Pernyataan Larijani tersebut kemudian dimuat di situs Tabnak.ir.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sayangnya, Larijani tidak menyebut secara persis jumlah tersangka yang telah ditangkap saat ini. Begitu pula kapan penangkapan berlangsung. Detail perihal identitas maupun kewarganegaraan mereka juga tidak diungkapkan.

Stasiun televisi Arutz Sheva 7 dan situs Israel National News juga mengutip pernyataan Larijani dari Kantor Berita pemerintah Iran IRNA. Kantor berita tersebut menerbitkan laporan tiga paragraph berdasar pernyataan Larijani. "Para petugas keamanan Iran telah menemukan bukti-bukti soal siapa yang ada di balik pembunuhan tersebut," bebernya. "Para teroris yang telah ditangkap atas keterlibatan dalam pembunuhan para ilmuwan sebelumnya mengaku bahwa mereka telah dilatih di wilayah pendudukan Palestina (wilayah Palestina yang diduduki Israel, Red)," jelasnya.

Para pejabat Iran menuding Israel, AS, dan Inggris (Barat) terlibat dalam pembunuhan Ahmadi-Roshan pada 11 Januari lalu. Apalagi, pria 32 tahun itu menjabat sebagai wakil direktur fasilitas pengayaan nuklir di Natanz.

Ahmadi-Roshan tewas bersama sopirnya setelah para pembunuh yang mengendarai sepeda motor memicu bom magnet yang sengaja dipasang  di mobilnya. Itu merupakan serangan bom dan pembunuhan kelima yang menarget para ilmuwan Iran dalam dua tahun terakhir ini. Empat ilmuwan lainnya (tiga di antaranya terlibat dalam program nuklir) tewas dalam serangan tersebut. Seorang lainnya selamat.

Sebelumnya, Minggu (15/1), Iran mengaku menemukan bukti keterlibatan AS dalam pembunuhan Ahmadi-Roshan. Teheran pun telah mengirimkan surat resmi ke Washington terkait penemuan tersebut.

Menurut televisi nasional Iran, surat berisi kecaman juga telah dikirimkan ke Inggris. Dalam pernyataannya, Teheran menyebut bahwa pembunuhan atas para ilmuwan nuklirnya dimulai setelah dinas rahasia Inggris (MI6) mengumumkan dilakukannya operasi intelijen terhadap negara-negara yang memproduksi senjata nuklir.

Kepala Staf Angkatan Darat Iran Massoud Jazayeri menyatakan bahwa Israel dan negara-negara Barat harus bertanggung jawab atas pembunuhan itu. "Musuh-musuh kami, khususnya Amerika, Inggris, dan rezim Zionis, harus bertanggung jawab atas aksi tersebut," ujarnya.

Teheran telah meminta Dewan Keamanan (DK) PBB dan Sekjen PBB Ban Ki-moon mengutuk pembunuhan terhadap Ahmadi-Roshan. "Kami punya dokumen kuat dan bukti bahwa aksi teroris tersebut direncanakan, diatur, dan didukung oleh CIA," tulis Kementerian Luar Negeri Iran dalam surat yang dikirimkan kepada duta besar (Dubes) Swiss di Teheran. Selama ini Kedubes Swiss mewakili kepentingan pemerintah AS karena Washington tak punya hubungan diplomatik dengan Iran.

Pembunuhan atas Ahmadi Roshan memicu kemarahan rakyat Iran. Televisi nasional menyiarkan bahwa ratusan mahasiswa turun ke jalan dan berunjuk rasa di Teheran untuk mengecam pembunuhan terhadap ilmuwan 32 tahun tersebut. Mereka juga meminta Iran melanjutkan program nuklirnya yang ditentang Barat.

Salah satu petunjuk mengindikasikan bahwa Iran akan membalas pembunuhan terhadap Ahmadi-Roshan. Jenderal Masoud Jazayeri, seperti dikutip oleh Kantor Berita ISNA, menyatakan bahwa pihaknya tengah mempelajari langkah yang akan diambil untuk menghadapi pihak-pihak yang berada di balik pembunuhan tersebut. "Pembalasan Iran terhadap negara-negara pendukung terorisme akan lebih menyakitkan," tegasnya tanpa menjelaskan lebih lanjut. (AP/AFP/cak/dwi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook