PASADENA (RP) - Data informasi pribadi 10 ribu karyawan NASA dan kontraktornya terancam jatuh pada pihak ketiga pasca kasus pencurian laptop salah satu pejabatnya. Insiden ini juga mendorong inisiatif untuk segera menerapkan enkripsi disk penuh pada semua laptop NASA mulai akhir tahun ini.
"Meskipun laptop itu dilindungi password, namun tidak memiliki perangkat lunak enkripsi secara keseluruhan. Itu berarti informasi pada laptop bisa diakses oleh individu yang tidak sah," kata Richard Keegan Jr, Wakil Administrator NASA, seperti dilansir Cso.com, Jumat (16/11).
Komputer portabel itu dicuri pada 31 Oktober lalu dari mobil Richard Keegan Jr, Wakil Administrator NASA. Laptop tersebut berisi informasi pribadi yang sensitif sejumlah besar karyawan NASA, kontraktor dan lain-lain. Namun, tidak disebutkan apakah ada dokumen NASA lainnya yang ikut dibawa kabur pencuri.
Sementara itu, juru bicara NASA Allard Beutel mengakui pihaknya menunggu hampir dua minggu untuk mengungkapkan peristiwa tersebut. NASA saat ini bekerja keras dengan aparat penegak hukum untuk mendeteksi keberadaan laptop tersebut.
"NASA bekerja sama dengan penegak hukum setempat setelah laptop itu dicuri, dengan tujuan memulihkan komputer dan melindungi data sensitif," katanya.
Dijelaskan, laptop itu dicuri dari seorang karyawan teleworking. NASA memang memiliki aturan yang menyatakan bahwa semua file individu dengan PII harus dienkripsi.
Di sisi lain, menurut sebuah laporan yang dirilis Maret oleh Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih, hanya 41 persen perangkat portabel NASA yang memenuhi persyaratan enkripsi menurut regulasi Manajemen Keamanan Informasi Federal (FISMA).
Mandat untuk mengenkripsi data sensitif pada sistem federal berasal dari insiden 2006 di mana sebuah komputer laptop dan hard disk milik US Department of Veterans Affairs dicuri dari rumah seorang analis data VA. Peralatan ini kemudian ditemukan oleh FBI dan berisi data pribadi terenkripsi dari lebih 26,5 juta personil militer aktif dan veteran.(esy/jpnn)