INTERNASIONAL

Presiden Palestina Kecam Pembakaran Kuil Yahudi

Internasional | Sabtu, 17 Oktober 2015 - 11:02 WIB

Presiden Palestina Kecam Pembakaran Kuil Yahudi
AHMAD TALAT/REUTERS/JPG LEMPARKAN BATU: Seorang pengunjuk rasa Palestina melemparkan batu ke arah pasukan Israel selama bentrokan di Hawara, pos pemeriksaan Israel di dekat Kota Nablus, Tepi Barat, Jumat (16/10/2015). Kerusuhan yang melanda Yerusalem dan Tepi Barat yang paling serius dalam beberapa tahun terakhir, telah merenggut nyawa 34 warga Palestina dan tujuh warga Israel.

JARUSALEM (RIAUPOS.CO) - Konflik antara Israel dan Palestina kian membara. Tambahan pasukan pengamanan yang diterjunkan Israel tidak mampu membendung amarah penduduk Palestina. Kamis tengah malam (15/10) yang terjadi bukan lagi penusukan di berbagai titik. Massa membakar situs ibadah Yahudi atau yang lebih dikenal sebagai area makam Nabi Yusuf di Kota Nablus, Tepi Barat.

Area lingkungan makam yang biasanya dipakai penduduk Yahudi untuk melantunkan doa sebulan sekali itu rusak cukup parah. Namun, makam Yusuf sama sekali tidak rusak. Situs makam Yusuf itu masuk dalam teritori Palestina. Nabi Yusuf dihormati umat Yahudi, Islam, sekaligus Kristiani. Makam tersebut pernah dibakar pada Oktober 2000 saat intifadah kedua.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk anarkisme tersebut. ‘’Saya mengecam keras tindakan seperti ini ataupun tindakan lain yang melanggar hukum, ketertiban, dan menghina budaya, agama, serta moral,’’ ujarnya.

Abbas berjanji membentuk komite investigasi guna menyelidiki kasus pembakaran tersebut. Bukan hanya itu, dia juga menegaskan bahwa pihaknya segera melakukan perbaikan agar kondisi kompleks pemakaman suci tersebut kembali seperti semula.

Kejadian pembakaran itu bermula saat penduduk Palestina membuat barikade manusia di Kota Nablus untuk mencegah tentara Israel menghancurkan rumah-rumah warga. Israel memang menghancurkan rumah-rumah penduduk Palestina yang diduga sebagai pelaku penyerangan selama dua minggu ini. Nah, ternyata, sebagian kecil massa malah merangsek ke arah makam dan membakarnya. Massa akhirnya berhasil dibubarkan pasukan keamanan Palestina.

‘’Membakar makam Yusuf adalah usaha yang berbahaya untuk memperuncing ketagangan yang sudah ada,’’ ujar Koordinator Khusus PBB untuk proses perdamaian di Timur Tengah Nickolay Mladenov.  

Pembakaran tersebut berlangsung beberapa jam setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyatakan keinginannya untuk bertemu Abbas. Netanyahu menuding Abbas telah menyulut dan mendorong kekerasan di Jerusalem dan sekitarnya baru-baru ini. Sebab, meski meminta penduduknya tenang, Abbas tidak pernah sekalipun secara eksplisit mengutuk penusukan yang terjadi secara acak dan terus menerus itu.

Kasus pembakaran tersebut tidak menjadi akhir dari ketegangan. Sebab, Jumat (16/10) Hamas menyerukan hari pembalasan bagi penduduk Palestina. Penusukan tetap terjadi. Seorang tentara Israel ditusuk di Kota Hebron, Tepi Barat, namun hanya terluka sedikit. Si penyerang ditembak mati.

Para pemuda Palestina yang melawan pendudukan Israel itu memang memilih pisau sebagai senjata utama mereka. Sebab, pisau mudah dibawa ke mana-mana, termasuk di kerumuman massa. Yang dibawa tidak mungkin senjata api karena pasti langsung terlacak dan ketahuan. Mendapatkan senjata pun cukup sulit karena saat ini para pelaku penusukan bukanlah anggota Hamas, melainkan penduduk biasa yang sudah muak dengan proses perdamaian yang tidak kunjung disepakati dan kekerasan Israel yang terus terjadi.

Pemerintah Israel pun kembali menerapkan kebijakan pembatasan untuk memasuki Masjid Al Aqsa. Hanya orang-orang berusia di atas 40 tahun yang boleh memasuki masjid tersebut. Pasukan keamanan Israel juga diterjunkan besar-besaran di Jerusalem sejak Ahad (11/10). Sebanyak 300 tentara diperbantukan untuk mendukung kekuatan pasukan kepolisian. Kali terakhir Israel menempatkan pasukan sebanyak itu untuk menjaga area Jerusalem adalah ketika intifadah kedua.

Terpisah, Badan Keamanan PBB berencana menggelar rapat darurat untuk membahas peningkatan ketegangan di Israel tersebut. Rapat itu digelar atas permintaan Jordania. Sejak kericuhan mencuat awal bulan ini, tujuh warga Israel terbunuh karena kekerasan yang terjadi terus-menerus. Di pihak Palestina ada 32 korban jiwa. Ribuan orang juga terluka. Pada intifadah pertama (1987-1993) dan kedua (2000-2005) ada ribuan orang yang tewas. (sha/c20/ami/mng)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook