WELLINGTON (RIAUPOS.CO) - BADAI Gabrielle yang menyapu wilayah Selandia Baru berdampak cukup serius. Lima nyawa terenggut, ratusan korban hilang, dan ribuan orang lost contact. Pemerintah pun menggandakan upaya untuk menolong para korban.
Kamis (16/2) kemarin, mereka mengerahkan dua kapal perang, pesawat transportasi C-130 Hercules, dan helikopter NH90 untuk mengirimkan air bersih, makanan, dan bahan bakar ke kota-kota yang aksesnya terputus. Helikopter dipakai untuk mengevakuasi penduduk yang terjebak di atap karena ketinggian banjir.
Selandia Baru pun membuka diri untuk menerima bantuan dari luar negeri. Awalnya, tawaran bantuan dari AS dan negara lain sempat dikesampingkan. Namun, karena tim penyelamat dalam negeri mulai kewalahan, uluran tangan dari luar akhirnya diterima. Salah satunya tim tanggap darurat dari Australia. Mereka akan tiba beberapa hari mendatang.
Berdasar data, badai Gabrielle sudah menewaskan lima orang dan sekitar 100 orang lainnya dinyatakan hilang. Selain itu, 3.500 orang tak bisa dihubungi oleh keluarganya. Jaringan listrik dan internet di beberapa lokasi terputus. Banjir mengakibatkan tiang listrik dan base transceiver station (BTS) di berbagai lokasi ambruk.
Saat ini, aliran listrik di lebih dari 100 ribu rumah di North Island masih terputus. Wilayah tersebut terdampak paling parah. Padahal, tiga perempat dari 5 juta penduduk Selandia Baru tinggal di North Island. Ada kemungkinan listrik di beberapa wilayah baru bisa menyala beberapa pekan ke depan. Bencana itu juga membuat 10.500 orang terpaksa mengungsi. Rumah mereka terendam.
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Chris Hipkins menegaskan, pihak kepolisian menaruh keprihatinan serius pada penduduk terdampak. Termasuk orang-orang yang dinyatakan hilang. ''Kita memang perlu bersiap untuk menghadapi kemungkinan lebih banyak korban jiwa,'' ujar Hipkins, seperti dikutip AFP.
Salah satu wilayah yang terputus dan tak bisa diakses adalah Napier. Jembatan yang menghubungkan 65 ribu penduduk kota itu dengan wilayah lain tersebut mengalami kerusakan. Sebagian badan jembatan terendam. Badan Transportasi Nasional Selandia Baru menjelaskan, jembatan itu dibuka. Namun, hanya untuk layanan darurat dan petugas khusus kedaruratan.
Penduduk diminta tidak meninggalkan rumah kecuali darurat. Selain itu, disarankan menghemat penggunaan air. Proses pembersihan setelah banjir surut nanti diperkirakan memakan waktu. Begitu juga perbaikan seluruh fasilitas yang rusak. Kerugian dampak kerusakan diperkirakan mencapai 5 miliar–10 miliar dolar AS atau Rp75,6 triliun–Rp151,2 triliun.
''Ini adalah tantangan besar untuk memperbaiki infrastruktur secepat yang kami bisa, tapi kita juga harus tahu bahwa prosesnya tidak mudah. Tidak ada perbaikan yang bisa selesai dalam semalam,'' imbuh Hipkins.(sha/c18/hud/esi)
Laporan JPG, Wellington