Riau Pos Online - Innocence of Muslims, film ber-budget rendah yang diproduksi di Amerika Serikat (AS) telah memicu unjuk rasa di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, hingga Asia. Yang menjadi sasaran adalah kantor misi diplomatik AS.
Dalam film tersebut, Nabi Muhammad SAW digambarkan sangat hina dan memalukan. Pemain film tersebut mengaku bahwa mereka diperdaya oleh produser yang diketahui bernama Sam Bacile. Para pemain mengaku awalnya film itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam dan Nabi Muhammad.
Kepada Wall Street Journal (WSJ), melalui telepon, Bacile mengaku warga negara Amerika keturunan Israel. Dia anti Islam. Namun, ternyata dia berbohong. Karena, catatan pemerintah AS dan Israel, tak ada catatan penduduk bernama Sam Bacile. WSJ mencoba melacak nomor telepon Bacile yang ternyata beralamat di Cerritos, California. Tertulis, bukan Bacile yang tinggal di situ, melainkan seseorang bernama Nakoula Bassely Nakoula, seorang produser film.
Selain identitasnya yang diragukan, klaim soal dana Yahudi juga dipertanyakan. Sebelumnya Bacile mengatakan bahwa film itu didanai oleh sekelompok Yahudi sebesar 5 juta dolar AS atau sekitar Rp 47 miliar.
Uang ini dinilai terlalu besar untuk film murahan. Akting pemainnya terlihat kacangan dan efek komputernya sangat jelek. Belum jelas juga, apakah memang benar film itu ada. Masalahnya, yang kita lihat hanya trailer 13 menit di Youtube.
Satu yang jelas, film ini dibuat hanya untuk mengadu domba atau sekadar menyulut kemarahan umat Muslim di seluruh dunia kepada AS. Sejumlah kantor Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Mesir, Libya, Yaman, Iran dan negara-negara lainnya diserbu demonstran bahkan hingga memakan korban jiwa.
Duta Besar AS di Libya Christopher Stevens beserta tiga staf diplomatiknya tewas akibat serbuan demonstran di Benghazi, Libya. Sedangkan empat demonstran di Yaman tewas terkena tembakan aparat polisi yang berusaha membubarkan massa. Di Mesir, ratusan orang dinyatakan terluka.
Uniknya, film itu muncul tiga bulan menjelang pilpres AS, sehingga menjadi amunisi bagi capres Partai Republik Mitt Romney untuk menjegal Barack Obama. Romney menyalahkan Obama atas apa yang menimpa para diplomat AS itu.
Namun, pernyataan Romney jadi bumerang bagi dirinya. Partai Republik dan Demokrat mengecam Romney karena berupaya mempolitisir insiden yang menewaskan Dubes Stevens, ketika dirinya berada di Konsulat Jenderal AS di Benghazi. Stevens diketahui tewas akibat kekurangan oksigen yang memicu pendarahan perut.
Romney pun mengubah kampanyenya. Dalam pidato untuk mengenang empat orang diplomat AS yang tewas di Libya dengan mengatakan bahwa kepemimpinan AS di Timur Tengah adalah hal yang sangat vital.
“Dunia membutuhkan kepemimpinan Amerika. Timur Tengah butuh Amerika dan saya berniat untuk menjadi presiden yang siap menyediakan kepemimpinan, yang akan membuat AS dihormati dan selalu dikagumi di penjuru dunia,” tegasnya.(rmol/jpnn)