JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pengelola Museum of The Bible, Washington, hanya bisa garuk-garuk kepala. Mereka dikabarkan menjadi korban salah satu penipuan seni terbesar sepanjang sejarah. Sebab, kelompok penyelidik barang bersejarah menyimpulkan bahwa 16 fragmen Naskah Laut Mati yang dimiliki museum tersebut palsu.
Art Fraud Insights merilis laporan setebal 200 halaman hasil penyelidikan yang berjalan selama satu tahun. Menurut mereka, salah satu kelompok artefak paling berharga di museum milik konglomerat Steve Green itu merupakan tiruan yang dibuat pada abad ke-20. ’’Kami menyimpulkan bahwa tak ada Naskah Laut Mati di museum ini yang asli,’’ ungkap Colette Loll, direktur Art Fraud Insights, kepada CNN.
Naskah Laut Mati merupakan salah satu koleksi paling dicari oleh museum atau kolektor dunia. Benda bersejarah yang ditemukan pada 1940-an itu mendokumentasikan berbagai karya tulis di era Yahudi hampir 2 ribu tahun lalu. Termasuk, Injil Perjanjian Lama yang belum direvisi petinggi agama.
Naskah yang masih utuh saat ini berada di Israel. Namun, ada juga beberapa peninggalan teks yang tak lengkap. Sisa-sisa naskah itu seperti kepingan puzzle yang berisi beberapa kalimat Ibrani. Kepingan itu banyak dibeli pedagang lokal bernama Khalil Iskander Shahin alias Kando. Kando sempat menjual artefak itu ke berbagai pihak sebelum Konvensi UNESCO pada 1970 berlaku.
’’Museum Injil mana pun merasa wajib mempunyai Naskah Laut Mati,’’ ujar David Trobisch, direktur Museum of Bible, pada 2017.
Namun, kerabat Kando menjual Naskah Laut Mati pada awal 2000-an. Dia mengklaim, apa yang dijual adalah barang yang sudah menjadi milik pribadi sebelum Konvensi 1970 berlaku. Dari 75 artefak yang dijual saat itu, 16 artefak kini berada di tangan keluarga Green.
Banyak cendekiawan yang meributkan keabsahan artefak pasca 2000-an. Namun, beberapa pakar masih menilai bahwa koleksi yang dimiliki Museum of Bible asli tiga tahun yang lalu. ’’Saya tidak bisa mengatakan bahwa benda tersebut palsu. Saya tidak melihat bukti yang nyata,’’ ujar pakar Naskah Laut Mati Emanuel Tov menurut National Geographic.
Bukti tersebut muncul pada 2018. Saat itu, lima dari 16 koleksi Naskah Laut Mati di sana terbukti palsu. Tahun ini, semua malah disimpulkan palsu.
Loll mengatakan bahwa koleksi Steve Green punya bahan yang berbeda. Naskah asli dibuat dari perkamen, kulit binatang yang diolah sebagai kertas. Sedangkan bahan tiruan itu adalah kulit binatang yang digunakan untuk pakaian. Tim investigasi berspekulasi bahwa bahan tersebut mungkin saja sisa-sisa sepatu prajurit Roma.
Tentang Naskah Laut Mati
– Ditemukan pada periode 1947–1956 di 11 gua wilayah pesisir utara Laut Mati.
– Ekspedisi berawal dari ditemukannya salah satu gua di dekat reruntuhan Qumran yang diduga punya hubungan dengan naskah oleh gembala remaja.
– Naskah tersebut berasal dari Essenes, sekte Yahudi, yang mencoba bersembunyi dari pertempuran Yahudi-Roma pada tahun 66 Masehi.
– Naskah tersebut terdiri atas 900 dokumen dari 350 naskah dengan beberapa salinan. Sebagian besar hanya berupa fragmen.
– Beberapa naskah utuh yang diambil dari gua pertama dan kesebelas disimpan museum Shrine of the Book di Jerusalem, Israel.
– Kerajaan Jordania juga menyimpan banyak artefak dan telah merilis delapan volume buku yang berisi Naskah Laut Mati.
– Sebanyak 40 persen naskah dari gua keempat baru dipublikasikan ke muka umum pada 1991.
– Salah satu dokumen berisi peta harta karun yang berupa emas dan perak.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman