COX’SBAZAR (RIAUPOS.CO) - Nurul Amin gelisah. Namanya tercantum dalam daftar pengungsi Rohingya yang bakal direpatriasi ke Myanmar. Bayangan kebrutalan militer kembali menghantuinya beberapa hari terakhir. Amin tidak ingin kembali ke kampung halamannya di Negara Bagian Rakhine.
’’Saya tidak bisa tidur nyenyak. Makan juga tidak enak. Saya takut dipulangkan paksa,’’ kata Amin seperti dilansir Reuters. Pria 35 tahun itu tinggal di kamp pengungsi Jamtoli di Bangladesh bersama istri dan empat putrinya serta seorang saudara perempuan.
Kendati kehidupan di kamp pengungsi tersebut tidak nyaman, Amin sudah telanjur kerasan. Dia juga sudah beradaptasi dengan kekurangan yang setiap hari dihadapinya di sana. Karena itu, dia berkeberatan jika harus meninggalkan kamp pengungsi tersebut.
Kegelisahan Amin juga dirasakan warga Rohingya lain yang tinggal di kamp-kamp pengungsi Bangladesh. Sayangnya, pemerintah tidak mengungkap daftar warga yang hendak direpatriasi kepada publik. Di antara 2.251 warga yang bakal direpatriasi ke Myanmar, hanya beberapa orang yang sudah diberi tahu. ’’Sebagian besar pengungsi telah melarikan diri agar tidak direpatriasi,’’ ujar Abdus Salam, pemimpin Rohingya di kamp Jamtoli, Senin (12/11).
Konon, mereka kabur ke kamp-kamp Rohingya lainnya dan bersembunyi di sana. Selain itu, sekitar 20 pengungsi yang tahu bahwa nama mereka tercantum dalam daftar repatriasi protes. Mereka menolak mentah-mentah daftar tersebut. Mereka tidak mau direpatriasi.
’’Repatriasi itu sifatnya sukarela. Tidak akan ada pemaksaan,’’ ujar Komisioner Repatriasi dan Bantuan Bangladesh Abul Kalam. Tapi, repatriasi harus tetap berjalan. Sebab, Bangladesh tidak sanggup menampung para pengungsi Rohingya itu selamanya. Sayangnya, Myanmar pun sebenarnya tidak siap menerima kembali kaum minoritas yang selama ini selalu dianggap stateless tersebut.
Sementara itu, Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi harus menghadapi kritik tajam dari negara-negara tetangganya dalam forum Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Kemarin (13/11), dalam pernyataan gabungan, ASEAN mengimbau semua pihak yang terlibat dalam aksi kekerasan di Rakhine untuk bertanggung jawab.
’’Tampaknya Aung San Suu Kyi mencoba untuk membela sesuatu yang tidak layak dibela,’’ ujar PM Malaysia Mahathir Mohamad. Dia mengatakan sangat kecewa karena sebagai mantan tahanan politik, Suu Kyi seharusnya bisa bersimpati pada penderitaan kaum Rohingya.
’’Tidak seharusnya dia membuat orang lain merasakan apa yang dulu dia rasakan,’’ tambahnya.
Pada hari yang sama, Amnesty International (AI) juga mencabut gelar kehormatan tertinggi yang diberikan kepada Suu Kyi. Gelar Ambassador of Conscience Award itu dicabut karena perempuan berjuluk The Lady tersebut gagal membela Rohingya.
’’Kami sangat kecewa mengetahui bahwa Anda bukan lagi simbol harapan, keberanian, dan pembela HAM,’’ tegas Sekjen Amnesty International Kumi Haidoo dalam suratnya ke Suu Kyi seperti dilansir BBC. (sha/c7/hep/jpg)