PARIS (RIAUPOS.CO) - KONFEDERASI serikat pekerja Confédération Générale du Travail (CGT) mengklaim, jumlah massa yang turun ke jalan, menolak reformasi pensiun di Prancis, Sabtu (11/2) lalu, mencapai 2,5 juta orang. Para pekerja dari semua sektor terus menolak rencana reformasi yang telah diungkap pemerintah pada Januari lalu.
Menurut koran Le Figaro, Ahad (12/2), jumlah tersebut berbeda dari catatan Kementerian Dalam Negeri yang hanya sekitar 963.000 orang. Polisi menghitung jumlah demonstran di Paris mencapai 93.000 orang. Di ibu kota Prancis itu, menurut Le Figaro, sempat pecah perkelahian antara demonstran dan aparat keamanan.
Koran tersebut menyebutkan 10 orang ditangkap dan seorang polisi terluka di bagian mata. Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin, Jumat (10/2), menulis di akun media sosial Twitter bahwa sebanyak 10.000 orang polisi, termasuk 4.500 di antaranya di Paris, diturunkan untuk mengamankan aksi protes.
Rencana reformasi sistem pensiun yang telah memicu kemarahan publik itu antara lain berisi rencana menaikkan usia pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun pada 2030 serta tuntutan setidaknya 43 tahun bekerja untuk memenuhi syarat pensiun penuh.
Jumlah demonstran yang turun pada aksi Sabtu, menurut CGT, itu lebih rendah dibandingkan dibandingkan aksi protes 31 Januari. Ketika itu, CGT mengklaim ada 2,8 juta orang yang turun ke jalan untuk memprotes rencana pemerintah tersebut.
Namun, jumlah pengunjuk rasa pada Sabtu itu lebih tinggi dari angka yang diklaim CGT pada protes tanggal 19 Januari dan 7 Februari, yakni sekitar dua juta orang.(jpg)
Laporan JPG, Paris