DHAKA (RP) - Badai tropis menyapu wilayah pesisir selatan kepulauan dan sejumlah distrik di Bangladesh Kamis (11/10) pagi. Sedikitnya, 14 orang tewas dan 1.500 nelayan lainnya dilaporkan hilang dalam kejadian tersebut.
Polisi mengungkapkan bahwa sedikitnya 1.500 rumah disapu badai di wilayah Bhola, Hatiya, serta Kepulauan Sandwip, selatan Bangladesh. Selain itu, belasan distrik di pesisir timur Bangladesh juga tak luput dari kerusakan.
Di wilayah terdampak paling buruk, yakni Pulau Hatiya, sedikitnya lima orang tewas akibat terkubur rumah dan tertimpa pohon yang roboh. Moktar Hossain, kepala polisi setempat, menyatakan bahwa lebih dari 1.000 rumah rata dengan tanah. "Lebih dari 100 perahu nelayan telah hilang sejak badai menerjang," ujarnya.
Otoritas menyebut badai kemarin adalah salah satu yang terkuat selama beberapa dekade terakhir. Sebagian nelayan diperkirakan berlindung di kepulauan terpencil di Teluk Bengal atau Sundarbans, kawasan hutan mangrove terbesar di dunia. Berdasar pada pengalaman sebelumnya, nelayan-nelayan yang dinyatakan hilang akibat badai baru pulang setelah satu atau dua minggu kemudian.
Empat orang dilaporkan tewas di Bhola. Lalu, tiga tewas di Sandwip, dan dua lain di Char Jabbar. Bashir Ahmed, kepala polisi Distrik Bhola, melaporkan bahwa lebih dari 500 nelayan hilang dari pulau terbesar di Bangladesh itu.
Sedikitnya, 500 rumah tradisional milik warga pesisir juga tersapu badai yang datang secara tiba-tiba tersebut. Sebelumnya, badan meteorologi meramalkan hujan deras di wilayah pesisir Bangladesh. Mereka mengimbau kepada nelayan untuk kembali ke pantai dan berhati-hati. Namun, tidak ada peringatan datangnya badai besar.
"Kami hanya menerima sinyal peringatan bahaya level tiga. Tapi, badainya ternyata sangat kuat. Seharusnya peringatan itu berkisar level tujuh atau delapan," keluh Ahmed, seorang nelayan, merujuk pada intensitas badai dalam skala 1-10.
"Para nelayan dan warga pesisir kaget dengan datangnya badai. Hingga saat ini (kemarin) kami belum menerima laporan kondisi nelayan yang hilang," tambahnya. (AFP/cak/dwi)