MOSKOW (RIAUPOS.CO) - Rusia dikabarkan sedang mempersiapkan ekspedisi luar angkasa untuk kembali ke Bulan. Hal ini seolah menegaskan kembali Rusia sebagai kekuatan dunia yang signifikan setelah perang di Ukraina.
Sebuah roket yang membawa pesawat Luna-25 akan menandai misi Bulan pertama Rusia yang dilakukan terakhir pada 1976 lalu. Ekspedisi tersebut akan berusaha untuk mendaratkan kendaraan eksplorasi di kutub selatan bulan, dengan harapan dapat menggali air es di bawah permukaan.
Roket Soyuz 2.1v yang membawa pendarat tersebut dijadwalkan lepas landas dari pelabuhan antariksa Vostochny di Rusia timur pada pukul 19:10 waktu Timur. Jika berhasil, itu akan menjadi pesawat ruang angkasa pertama yang melakukan pendaratan lunak di kutub selatan Bulan.
NASA sendiri mengkonfirmasi pada tahun 2020 lalu mengenai penemuan molekul air di bagian permukaan Bulan yang diterangi Matahari. Air yang dapat diselamatkan dapat menandai terobosan untuk eksplorasi Bulan, memberikan misi Bulan manusia di masa depan dengan dukungan kehidupan, bahan bakar (melalui hidrogen yang diekstraksi) dan bahkan potensi pertanian.
Perjalanan ruang angkasa Rusia juga berfungsi sebagai gebrakan dalam upayanya untuk membangun kembali dirinya sebagai kekuatan dunia yang signifikan yang tidak tergerak oleh sanksi Barat atas invasi tahun 2022 ke Ukraina.
Misi terakhir Rusia adalah Luna-24, yang menghabiskan 13 hari menuju ke Bulan dan kembali untuk mengumpulkan sampel pada tahun 1976. Waktu tersebut merujuk pada era ketika Uni Soviet adalah negara adidaya dunia yang tak terbantahkan sesuai dengan tujuan Presiden Vladimir Putin untuk memproyeksikan citra keunggulan Rusia.
Luna-25 juga berpacu dengan India: misi negara Chandrayaan-3 diluncurkan pada 14 Juli dan memasuki orbit Bulan minggu ini. Pesawat India dijadwalkan mencapai kutub selatan Bulan pada 23 Agustus.
Luna-25 akan memakan waktu lima hari untuk mencapai Bulan dan diperkirakan akan menghabiskan lima hingga tujuh hari di orbit sebelum mendarat. Garis waktu itu membuat pendarat Rusia berpotensi mencapai Bulan sekitar waktu yang sama dengan India.
Pesawat tersebut diharapkan untuk melakukan eksperimen menggunakan peralatan penelitian seberat 30 kg lebih di Bulan selama sekitar satu tahun. Ini termasuk sendok yang dapat menangkap sampel hingga kedalaman 15 cm (enam inci) untuk berburu air beku.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman