MAKKAH (RP) - Hujan cukup deras disertai badai mengguyur Padang Arafah dan Kota Makkah, Rabu (9/10) petang Waktu Arab Saudi (WAS) atau malam WIB.
Hujan itu seolah menjadi berkah bagi sebagian jamaah.
Maklum, sudah beberapa bulan terakhir, cuaca di Makkah sangat panas. Suhu tertinggi bisa mencapai 49 derajat Celcius.
Namun demikian, hujan itu juga membuat beberapa tenda di Arafah yang menjadi tempat wukuf ambruk. Termasuk tenda di maktab yang ditempati jamaah asal Indonesia. Di antaranya tenda di Maktab 18.
‘’Selama ini sangat jarang hujan di sana (Arafah). Kebetulan tendanya itu apa adanya dan pemasangannya juga seadanya,’’ kata Direktur Pelayanan Haji Kemenag RI Sri Ilham Lubis. Buntut insiden itu, sambung Sri Ilham, Kantor Urusan Haji Indonesia akan mempertanyakan kepada muasassah atau badan perusahaan pengelolaan haji. Kata dia, turunnya hujan itu akan menjadi masukan berharga bagi Muasasah. Mereka bisa melakukan antisipasi jika nanti turun hujan kembali. ‘’Kita berharap sebelum kedatangan jamaah tenda-tenda itu bisa kembali berdiri lagi,’’ tuturnya.
Guyuran air hujan itu juga bisa diambil hikmah tersendiri bagi para jamaah. Mereka dapat mempersiapkan diri sejak awal sebelum memulai proses ibadah haji di Armina. Misalnya, dengan membawa payung atau jas hujan.
‘’Ini untuk antisipasi. Saat berada di tenda dan melindungi diri agar tidak terkena hujan,’’ ujar perempuan berdarah Mesir itu. Selain itu, kondisi Kota Makkah setelah seluruh jamaah dari berbagai penjuru dunia tiba, kini benar-benar padat.
Beberapa akses protokol di kota penuh kendaraan. Terlebih, ada penutupan sejumlah ruas jelang puncak ibadah haji pada Senin (14/10) nanti. Di antaranya, akses menuju ke kawasan Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina) yang menjadi lokasi puncak rukun Islam kelima itu.
Kedatangan jutaan jamaah pasca ketetapan closing date kemarin (9/10), juga membuat petugas lebih intensif melakukan razia terhadap para pengguna jalan.
Sepanjang perjalanan dari Madinah, kendaraan JPNN bersama tim media center haji (MCH) harus melalui pemeriksaan hingga lima kali.
Eskalasi kepadatan juga tampak di area Masjidil Haram. Kini, praktis 24 jam kondisi Masjidil Haram dipenuhi lautan manusia. Terutama di area tawaf dan sai. Beruntung kepadatan itu agak sedikit mencair.
Sebab, area untuk pelaksanaan tawaf bertambah lagi. Mulai, Kamis (10/10), lantai 3 Masjidil Haram juga sudah nyambung sehingga bisa dipakai untuk tawaf. Beberapa hari sebelumnya, lantai 2 juga bisa dimanfaatkan.
Gandeng IDB untuk Dana Dam Jamaah
Selain itu, pemerintah sepakat menjalin kerja sama dengan negara-negara lain tentang pelaksanaan haji. Terbaru menjajaki komunikasi dengan Negara Pakistan.
Rabu (9/10) petang Waktu Arab Saudi (WAS), Amirul Hajj sekaligus Menteri Agama Suryadharma Ali bertemu dengan Menteri Urusan Haji dan Harmoni Antaragama Pakistan Shadar Mohammad Yusuf.
‘’Kami melakukan pertemuan untuk berbicara peningkatan kerja sama Indonesia dan Pakistan, bidang pendidikan agama dan pelaksanaan haji,’’ katanya.
Dalam pertemuan di Haram Tower, Hotel Monvepick, Madinah, itu Menag didampingi Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI Anggito Abimanyu. Selain itu, tampak Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Makruf Amin, dan sejumlah tokoh agama.
Di antaraya KH Masdar F Mas’udi (ketua PB NU) dan Prof Syafiq Mughni (Muhammadiyah). Upaya menjalin kerja sama karena Pakistan dan Indonesia sama-sama memiliki kuota haji paling banyak dan pengirim jamaah haji terbesar di dunia. (hud/jpnn)