TOKYO (RIAUPOS.CO) - Hujan salju terparah di Tokyo dalam 45 tahun terakhir berpengaruh besar pada pelaksanaan pemilihan wali kota untuk ibu kota Jepang tersebut.
Adanya peringatan untuk tidak beraktivitas di luar rumah pun membuat tingkat partisipasi pemilih anjlok.
Dari data resmi yang dikutip media lokal, pada pukul 17.00 waktu setempat tingkat keikutsertaan pemilih hanya 28 persen. Turun drastis jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya yang memiliki tingkat keikutsertaan hingga 40 persen.
Dari angka pemilih 28 persen itu, hasil hitung cepat menunjukkan bahwa tokoh pro-nuklir Yoichi Masuzoe menang. Mantan Menteri Kesehatan itu sukses menundukkan dua rival yang mengusung isu antinuklir.
Kemenangannya diumumkan melalui exit polls yang dilakukan stasiun televisi NHK beberapa menit setelah penutupan tempat pemungutan suara.
Mantan presenter TV itu tersenyum di hadapan kamera. Para pendukungnya menyambut kemenangan tersebut dengan meneriakkan slogan menyemangati, banzai. Dalam pidato singkatnya Masuzoe berjanji membuat Tokyo menjadi kota nomor satu di dunia.
Pemilihan kemarin menjadi ujian bagi opini publik terkait dengan penggunaan atom untuk memenuhi keperluan energi rakyat Negeri Sakura. Sayang, suara kubu antinuklir terpecah menjadi dua. Yakni, pendukung mantan Perdana Menteri Morihiro Hosokawa dan pengacara hak asasi manusia Kenji Utsunomiya.
Ada 16 kandidat yang memperebutkan kursi orang nomor satu di kota berpenduduk 13 juta jiwa tersebut. Sejumlah survei menunjukkan bahwa mantan presenter televisi dan eks menteri Masuzoe konsisten memenangi poling.
Padahal, posisinya mendukung kebijakan pemerintah untuk terus menggunakan nuklir sebagai suplai energi utama.
Itu berbanding terbalik dengan rakyat Jepang yang semakin skeptis dengan teknologi nuklir pascatsunami dan gempa bumi yang merusak PLTN Fukushima pada Maret 2011.
Paparan radiasi nuklir yang disebabkan bencana itu mengakibatkan warga di sekitar PLTN menderita penyakit parah.
Jumlah kelompok yang beroposisi terhadap pemanfaatan energi nuklir berkembang pesat. Namun, sepertinya para tokoh antinuklir gagal merebut simpati rakyat selama musim kampanye dua pekan.
Poling oleh Asahi Shimbun dan Mainichi Shimbun secara konsisten menempatkan Masuzoe (65), pada posisi puncak. Mantan Perdana Menteri Morihiro Hosokawa (76), dan pengacara top Kenji Utsunomiya (67), hanya mampu menduduki posisi di bawahnya.
Menurut hitungan cepat NHK, Masuzoe berhasil meraup 30 persen suara. Sementara Hosokawa dan Utsunomiya masing-masing meraih 20 persen suara.
Artinya, bila dua tokoh tersebut bersatu, kemenangan kubu antinuklir bisa terwujud. Penghitungan resmi akan dilakukan mulai Senin (10/2) kemarin.
Masuzoe didukung Perdana Menteri Shinzo Abe yang ingin menghidupkan lagi 50 PLTN di seluruh Jepang. Sampai saat ini reaktor-reaktor itu masih dinonaktifkan menyusul tragedi Fukushima.
Sementara Hosokawa didukung mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi yang mendorong Jepang menjadi negara tanpa tenaga nuklir.
Tetsuro Kato, profesor ilmu politik di Waseda University Tokyo, mengatakan, suara para pendukung antinuklir gagal disalurkan melalui satu kandidat saja.
“Sebenarnya ini bisa menjadi momentum penting terkait kebijakan energi nuklir (secara nasional) dan bukan sekadar politik lokal tingkat kota,” paparnya. ”Tapi, strategi mereka gagal untuk mendorong isu zero nuclear tersebut sebagai senjata,” tegas dia.(jrr)