Singapura Simpan Api Dalam Sekam

Internasional | Selasa, 10 Desember 2013 - 12:22 WIB

SINGAPURA (RP) - Untuk kali pertama sejak hampir setengah abad, kerusuhan rasial mengguncang jantung negeri Singapura. Kerusuhan itu dipicu kecelakaan lalu lintas.

Seorang pekerja migran asal India ditabrak bus saat akan menyeberang di kawasan Little India. Salah satu negara paling aman di dunia itu ternyata masih menyimpan api dalam sekam yang setiap saat bisa membakar konflik dengan cepat.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Meski mayoritas warga Singapura shock ketika mereka bangun pagi kemarin dan mendengar berita tersebut, insiden kerusuhan itu menjadi bukti adanya ketegangan antara etnis yang sama-sama menyebut bahwa negeri jiran itu adalah rumah mereka. Saat ini penduduk Singapura lebih dari lima juta orang. Tapi, hanya tiga juta yang benar-benar lahir di negara pulau tersebut.

Sementara itu, 75 persen populasi terdiri atas etnis Tionghoa, Melayu, India, dan Eurasia. Lebih jauh, menurut lembaga nirlaba, Transient Worker Count Too, tercatat ada hampir sejuta pekerja migran dengan bayaran murah. Jumlah mereka mencapai 20 persen dari seluruh populasi. Mereka mengerjakan pekerjaan kotor, berbahaya, dan rendahan yang tidak mau dikerjakan warga Singapura.

Para pekerja itu berasal dari India, Cina, Bangladesh, Indonesia, dan Filipina. Mereka bekerja di berbagai sektor, mulai konstruksi, sanitasi, sampai pembantu rumah tangga. ‘’Pekerja migran berkontribusi sangat besar terhadap masyarakat Singapura dan perekonomian kami. Sayangnya, mereka sering mengalami eksploitasi yang tidak disadari sepenuhnya,’’ terang lembaga tersebut.

Sejumlah praktik eksploitasi itu, antara lain, jam kerja panjang atau bahkan tidak ada libur, akomodasi di bawah standar, dan gaji yang tidak dibayar. Mereka juga mengalami diskriminasi sosial dan frustrasi karena tidak mempunyai banyak pilihan dalam kehidupannya.

Dalam sebuah artikelnya di Daily Beast pada November lalu, penulis Kirsten Han mengisahkan seorang pekerja remaja asal Bangladesh yang datang ke Singapura karena ingin kaya. Kisah tersebut berakhir tragis. Sebab, setelah enam tahun bekerja, dia ditemukan dalam kondisi terluka parah dan terlilit utang.

Menurut Han, ada lebih dari 306 ribu pekerja bangunan yang berasal dari luar negeri. Di sana, mereka harus berhadapan dengan kontrak yang ternyata menipu, eksploitasi, dan pelecehan. Hanya sedikit di antara mereka yang mendapat kompensasi.

Di dunia maya, banyak warga Singapura yang marah dengan para perusuh. Mereka menyalahkan para pekerja migran tersebut yang mengancam stabilitas keamanan di Negeri Singa. Di sebuah situs pemerintah, Reach, sebuah forum bagi warga Singapura untuk menyampaikan pendapatnya, sejumlah komentar mengarahkan makiannya pada partai yang berkuasa, Partai Aksi Rakyat (PAP).

‘’Masih bisakah PAP mengklaim bahwa Singapura adalah tempat paling damai dan aman, di tengah pemerintah yang membebaskan ribuan pekerja asing masuk ke sini?’’ tulis salah satu komentar miring.(cak/c17/dos/jpnn/fia)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook