Mesir Umumkan Pemilu Dini Di Tengah Unjuk Rasa Berdarah

Internasional | Rabu, 10 Juli 2013 - 15:47 WIB

Mesir Umumkan Pemilu Dini Di Tengah Unjuk Rasa Berdarah
MUHAMMAD MURSY

riaupos.co - Di tengah aksi kekerasan yang terus berlanjut, pemerintahan transisi Mesir menetapkan jadwal penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) yang dipercepat pada awal 2014, guna mencari pengganti Muhammad Mursy yang digulingkan militer, pekan lalu.

Presiden sementara Mesir Adly Mansour mengeluarkan dekrit pada Senin malam (8/7). Dekrit itu menyebutkan dalam 15 hari ke depan, akan dibentuk panel guna mengamendemen Konstitusi.Militer membekukan Konstitusi seiring penggulingan Mursi itu pekan lalu. Selanjutnya, referendum terhadap hasil amandemen Konstitusi itu akan dilakukan dalam empat bulan ke depan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sejauh ini, Ikhwanul Muslimin --pendukung utama Mursy-- belum memberikan tanggapan terhadap jadwal pemilu tersebut.

Dekrit itu keluar di tengah unjuk rasa besar-besaran para pendukung dan penentang Mursy yang terus berlanjut, khususnya di Ibukota Kairo. Aparat keamanan dilaporkan menembaki para pendukung Ikhwanul Muslimin yang tengah menggelar demo sambil duduk-duduk di depan Markas Garda Republik, pasukan elite pengamanan presiden Mesir, Senin pagi (8/7).

Dalam unjuk rasa di pagi buta itu, 53 orang tewas ditembak, termasuk anak-anak. Menurut Ikhwanul Muslimin, tentara dan polisi menggerebek kemurunan massa yang tengah shalat subuh itu pada Selasa (9/7) pukul 04.00 waktu setempat.

Ikhwanul menuding penglima militer Mesir Jenderal Abdul Fattah al-Sisi sebagai “pembantai dan penjagal.” Sedangkan Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan, jumlah korban tewas mencapai 51 orang dan 435 lainnya luka-luka.

Menurut juru bicara tentara Mesir Kolonel Ahmed Mohammed Ali, insiden itu bermula ketika sekelompok bersenjata api dan batu menyerang aparat keamanan. Dia mengklaim, dua polisi dan satu tentara tewas dalam baku tembak antara aparat dan kelompok itu. Dia juga mengklaim delapan tentara luka parah.

Mursy, presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis dan pemilu yang oleh Barat dinilai berlangsung jujur, adil, dan terbuka, diyakini ditahan di Markas Garda Republik. Mursy yang menjadi presiden Mesir sejak 30 Juni 2012, digulingkan militer ketika pemerintahannya memasuki setahun tiga hari.

Kini, pemerintahan sementara Presiden Adly Mansour dihadapkan pada tiga tantangan besar. Pertama, menjalankan langkah-langkah yang telah digariskan jadwalnya di tengah masyarakat Mesir yang terbelah. Kedua, mencegah agar konsentrasi massa dalam jumlah besar yang berunjuk rasa mewakili dua kubu yang berseberangan, yakni pro dan anti-Mursy, tidak mengarah pada bentrokan fisik yang menumpahkan darah dan merenggut nyawa.

Ketiga, menyepakati penunjukan tokoh yang bisa diterima untuk menduduki kursi Perdana Menteri sementara guna membentuk pemerintahan transisi dan menstabilkan negara serta menyiapkan pemilu.(rmol/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook