SINGAPURA (RIAUPOS.CO) – Economist Intelligence Unit (EIU) kembali menobatkan Singapura sebagai kota termahal di dunia. Sampai sekarang, belum ada yang bisa menyaingi tingginya biaya hidup di kota paling sibuk se-Asia Tenggara tersebut. Khususnya bagi ekspatriat atau kaum pendatang.
Tahun ini, menurut EIU, Singapura kembali mengungguli Kota Zurich di Swiss. Hongkong, Jenewa, dan Paris masing-masing berada pada urutan ketiga, keempat, dan kelima. Menyusul pada urutan keenam dan ketujuh adalah Kota London di Inggris dan Kota New York di Amerika Serikat (AS). Di urutan terakhir tertera nama Kota Lusaka yang merupakan ibu kota Zambia sebagai kota termurah.
”Selama 17 tahun melakukan survei, saya tidak pernah menemui lonjakan biaya hidup yang setinggi 2015,” kata Jon Copestake yang terlibat dalam survei EIU Kamis (10/3/2016). Tahun lalu biaya hidup di kota-kota besar di seluruh dunia memang meningkat. Selain karena tidak stabilnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya, jatuhnya harga minyak dan perang di Timur Tengah menjadi pemicu.
Total 133 kota menjadi objek survei EIU kali ini. Tiap negara diwakili satu kota. Kecuali, India yang diwakili Kota Bangalore dan Mumbai. Dua kota tersebut menempati urutan kedua dan ketiga dari belakang. Artinya, dua kota besar India itu masih masuk kategori kota dengan biaya hidup murah di mata ekspatriat.
Dalam survei, EIU menjadikan Big Apple –julukan Kota New York– sebagai patokan. Sebagai perbandingan, lembaga tersebut menggunakan lebih dari 160 barang sebagai tolok ukur. Mulai makanan, pakaian, hingga sabun dan keperluan mandi yang lain. Tapi, selain barang, EIU membandingkan biaya transportasi dan ongkos jasa layanan publik di setiap kota. (bbc/thestraitstimes/hep/c10/any)
Laporan: JPG
Editor: Fopin A Sinaga